Saya kembali merapikan tidur saya. Dua ekor cicak masih melanjutkan diskusinya.
15 menit berlalu, belum ada keputusan apa-apa. 4 jam sudah -mungkin si gebetan ketiduran. Saya pasrah.
Saya yang mulanya bosan mengarang cerita, kini mulai mengarang dialog  imajiner mereka. Mengambil pensil dan menyobek bagian tengah-tengah buku.
"Kita salah kamar!"
Dua ekor cicak laki-laki. Salah satu cicak mengatakan itu. Saya berusaha mengendalikan dialog mereka. Alasannya konyol. Pertama, cicak di seluruh lapisan dunia ada. Di kamarmu juga ada, bahkan ketika kau telanjang diri di kamar mandi. Kedua, saya tidak ingin mati muda. Dua saja alasannya.
"Tidak. Dialah orangnya, kita harus mencabut nyawanya sekarang juga."
"Aku tak yakin!"
"Sebelum fajar."
"Kita salah kamar!"
"Benarkah? Coba kulihat datanya?"
Salah satu cicak mengulurkan lidah panjangnya. Seekor cicak lain membaca huruf yang tertulis di sana.