[caption caption="3.bp.blogspot.com"][/caption]Â
malam tadi
kau telah lebih dulu tertidur
sebelum aku
sempat melukaimu dengan puisi-puisiku
pagi ini,
kau akan terbangun dan mendapati
dirimu sendiri di atas kasur
; mengerjap-ngerjapkan bulu-bulu matamu
yang halus dan shaleh
setengah sadar, yang sisanya
kau tinggal di alam mimpi sana.
pagi yang indah,
terberkatilah kamu
--mahluk kecil dipenuhi rahmat, suci
seperti perangkat shubuh yang jatuh
dari dalam mata langit itu.
jam dinding di kamarmu
yang tak kau ingat kapan ia mulai bergerak
nampak sehat dan tetap berdetak
tanyakan kapan ia berhenti?
lupakan kapan ia akan berhenti!
ia hanya akan berhenti, setelah
menjawab pertanyaan-pertanyaan
dengan pertanyaan lain. itu pasti.
barangkali, ya, barangkali
kau bisa putar lagu bagus di telingamu
tanpa berhasil bunyi detak itu
mengganggu.
atau,
tidurlah sebentar lagi...
jangan berhasrat melihat jam dinding
itu adalah muslihat.
; liuk kesedihan-kesedihan yang tak terlihat.
bersabarlah...
nanti malam, aku janji bakal menyakitimu lagi
lebih lebam, lebih dalam
agar kau bisa kenang sendirian.Â
Samarinda, 23 April 2015.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H