Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Aduh

21 Januari 2016   00:29 Diperbarui: 16 April 2016   07:56 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Oh, Lis...
Jangan jadikan saya ini pertapa
yang menunggu waktu
kesuciannya menerima wahyu.

Sebab, saya tidaklah setenang-tenangnya tabah-rasa sakit
yang terus-terusan menjerit.

“Tapi, aku ini batu,” katamu.
Ya, Lis, jawabku.
Saya tahu kamu itu batu
; yang dikutuk menjadi manusia.

Tapi, Lis...
Jangan jadikan saya sepasang kaki yang terluka,
yang terkilir karena melewati sebuah batu,
ketika kau di sana.

Setiap malam
saya sering kesakitan
mengobati kaki-kaki saya yang cidera
ketika membasuhnya dengan air hujan dan airmata.

Dan ketika itu hati saya selalu tercenung mempertanyakan
: mengapa hujan dan airmata belum juga
membuat hatimu yang keras itu luluh.
Meskipun sementara waktu.

Dan ketika semuanya benar-benar tak bisa diubah.
ijinkan saya tetap mencintaimu,
yang terus-terusan aduh ketika melewatimu.

__

Samarinda, 20 Januari 2016. | pic

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun