Kamu mempunyai hubungan baik dengan semua orang, tak terkecuali dengan Tuhan. Kamu punya suhu badan yang begitu hangat, sehingga mereka yang dekat denganmu merasa nyaman. Begitulah orang-orang mengenalmu, setidaknya begitulah mereka mengenalmu. Hingga alasan rasional yang sama sekali mereka kenal menjadi irasional. Sementara kamu mengatakan pada dirimu sendiri, kamu tidak mempunyai hubungan baik, agama yang baik; sementara kamu lebih suka menganggap dirimu ‘dingin’ yang berusaha mendengarkan dan memberikan dua jawaban, “ya” atau “tidak” saat menimpali mereka berbicara. Mereka menyukai itu. Tentu saja.
Kamu sendiri tidak begitu yakin dan berani meski kenyataannya, keberatan. Jika saja kamu punya lebih banyak keberanian menilai dirimu sendiri barang kata ‘tetapi’. Tetapi saya kesepian. Tetapi wajahmu dipenuhi penantian. Tetapi saya tak henti-hentinya menanti dan kemudian lama kesepian. Sehingga kenyataan kedua, agamamu tidak begitu baik namun kamu akan terus berdoa pada Tuhan.
Seandainya kamu ialah iman, maka penantian ialah makmum masbuk, bahwa kamu menoleh ke kanan dan terkejut—cintamu telah datang. Sementara, kenyataannya kamu sendirian dan sendirian dan sendirian. Sehingga kenyataan nomor dua, agamamu tidak begitu baik: kamu terus berdoa pada Tuhan. Sebab Tuhan itu baik, bukan? Kamu rasa kamu harus memanfaatkan kebaikannya, ketika kamu lebih suka hening yang begitu lama dan memekakkan. Mungkin cukup hanya itu yang kamu cukupkan. Selagi mereka lelap di tengah malam dan kamu sendirian.
__
Samarinda 9 Des 2015. | ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H