Mohon tunggu...
Soul Traveler
Soul Traveler Mohon Tunggu... -

Programmer, Musician, Special Traveler.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membahas Ajaran Agama, Bukan Mempertanyakan Agama

24 Mei 2014   05:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Assalamualaikum!

Alhamdulillah, penulis masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menuangkan isi pikiran penulis. Kali ini penulis ingin sedikit curhat tentang pengalaman(baru) penulis menulis di Kompasiana.

Penulis memang sangat senang mempelajari dan berdiskusi tentang ajaran agama, terutama agama yang penulis anut, yaitu Islam. Artikel pertama penulis di Kompasiana yang membahas perihal adanya kemungkinan orang-orang non-muslim untuk masuk ke dalam surganya Allah menurut ajaran Islam pun cukup mendapat perhatian dari rekan-rekan Kompasianer. Penulis menghargai semua rekan-rekan yang sudah mampir, membaca, dan memberikan pendapatnya pada artikel tersebut. Namun, ada satu hal yang agak membingungkan saya.

Di artikel saya sebelumnya, "Apakah Orang-Orang Non-Muslim Bisa Masuk Surga? (A Muslim's View)", penulis membahas tentang pandangan Islam terhadap orang-orang di luar Islam, khususnya tentang adanya kemungkinan mereka diterima oleh Allah untuk masuk ke dalam surgaNya. Dari judul artikel saja, penulis sudah berusaha menunjukkan bahwa isi artikel tersebut adalah berdasarkan pandangan ajaran Islam, serta pandangan penulis sebagai muslim. Di dalam artikel tersebut, penulis juga berkali-kali telah menekankan bahwa penulis menulis berdasarkan ayat-ayat Qur'an, hadits, dan juga tafsir-tafsirnya dari para Ulama.

Akan tetapi, yang agak penulis sayangkan, justru muncul beberapa rekan Kompasianer, yang sepertinya merupakan filsuf, justru mempertanyakan ajaran Islam itu sendiri. Ada juga yang hanya sekadar mengumumkan bahwa dia tidak percaya agama. Bukannya penulis ingin membatasi hak rekan-rekan untuk berpendapat. Hanya saja, tentunya rekan-rekan perlu mengerti konteks dari sebuah artikel serta batasan materi bahasannya sebelum memberi komentar. Jika penulis menulis berdasarkan pandangan penulis sebagai muslim, tentu saja yang penulis tulis tersebut adalah yang diyakini benar di dalam Islam. Maka logisnya, yang dapat didiskusikan adalah hal-hal terkait menurut sudut pandang Islam, bukan menurut sudut pandang agama lain, atau teori filsafat.

Mari kita analogikan seperti ini. Penulis sedang berbicara mengenai perlu dilestarikannya budaya salim(cium tangan) kepada orangtua di Indonesia. Lalu, seorang WNA yang merasa budaya salim itu tidak perlu dilakukan mengutarakan pendapatnya dengan menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak pernah salim kepada orangtuanya, tetapi orangtuanya menganggapnya baik-baik saja. Jelas apa yang diutarakan oleh sang WNA tidak sesuai dengan bahasan penulis. Penulis sedang membahas pelestarian sebuah budaya di Indonesia oleh Warga Negara Indonesia, sedangkan sang WNA justru berargumen bahwa budaya salim tidak perlu dilakukan di Indonesia karena di negaranya saja tidak dilakukan. Lho, itu sih urusan orang-orang di negaranya kalau tidak ada salim di sana. Toh, di Indonesia, salim dianggap sesuatu yang baik.

Begitu juga dengan tulisan-tulisan penulis yang banyak membahas ajaran Agama Islam. Tentunya, penulis mengharapkan feedback dari rekan-rekan berdasarkan pandangan Islam juga(jika memang tulisannya sedang membahas ajaran Islam). Dengan begitu, debat kusir tak berujung nan OOT(Out of Topic) dapat kita hindari.

Sekian dulu curhatan dari penulis. Mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung sebagian kelompok, sesungguhnya penulis tidak bermaksud menyalahkan atau menghina. Semoga kita terus dapat memajukan budaya menulis.

Wassalamualaikum!

Soul Traveler

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun