Mohon tunggu...
Andita Urfa Khawarizmi
Andita Urfa Khawarizmi Mohon Tunggu... Lainnya - Sarjana Hubungan Internasional

Hello!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Diplomasi Koersif Cina: Restorasi di Masa Pandemi

3 Desember 2021   12:11 Diperbarui: 3 Desember 2021   12:51 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Diplomasi koersif sendiri sering dilakukan oleh Cina yang melibatkan 27 negara dan Uni Eropa sebagai target pelaksaan diplomasi koersif Cina. Asia Imur, Australia, Selandia Baru, Amerika Utara, dan juga Eropa adalah wilayah dan negara yang paling banyak mengalami insiden diplomasi koersif selama dekade terakhir.

Diplomasi koersif antara Cina dengan Australlia merupakan salah satu insiden diplomasi koersif yang paling terkenal. Cina melayangkan diplomasi koersif terhadap Australia dengan membatasi impor barang yang berasal dari Australia, serta membatalkan seluruh investasi yang masuk ke Australia, hal ini dipicu karena pembatalan sepihak perjanjian pembangunan infrastruktur Bolt and Road. 

Kemudian Australia mengambil langkah defensive terhadap Cina dengan turut memblokir investasi Cina di negara tersebut.  meluncurkan beberapa syarat khusus bagi Cina (Arbar, 2021).

Di wilayah Asia Timur, terdapat Korea Selatan yang berkonflik dengan Cina. Pemutusan kerja sama dalam Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) yang dilakukan oleh Korea Selatan lah yang membuat Cina geram dan melakukan tindakan diplomasi komersial. Cina telah membatasi akses masuk barang dan jasa Korea Selatan ke negaranya, serta melarang warganya mengunjungi negara itu dengan menyekat akses parisiwisata. 

Hal ini tentu berimbas besar terhadap kelangsungan ekonomi Korea yang mana Cina merupakan mitra dagang utama Korea Selatan. Namun sanksi-sanksi dan ancaman yang dilayangkan Cina tidak membuat Korea Selatan goyah untuk menarik kembali keputusan yang telah ia tetapkan.

Selain itu, Cina juga melakukan diplomasi koersif terhadap Ceko namun dapat dikatakan mengalami kegagalan. Berawal dari Ceko yang mulai menjalin hubungan dengan Taiwan, sedangkan Ceko sendiri bertumpu pada kebijakan one Cina policy. Hal ini tentu membuat Cina semakin memanas dan melakukan diplomasi koersif dengan melayangkan kritikan keras serta ancaman yang mengarah kepada Ceko. 

Dalam pertemuan Ceko ke Taiwan, Ceko menegaskan bahwa mereka tak akan tunduk terhadap ancaman oleh Cina yang diarahkan kepadanya, dan tetap memberikan dukungan bagi Taiwan dengan melanjutkan hubungan kerja sama yang dijalin antara kedua negara tersebut. (VOA, 2021)

Jika dilihat dari beberapa contoh runtunan kejadian yang telah dilewati Cina, ternyata diplomasi koersif ini selain membawa keuntungan dalam mempertahankan kepentingannya, ternyata memiliki pengaruh yang tanpa disadari dapat menyerang kepentingan yang dijalani Cina sendiri. 

Apa yang diupayakan Cina melalui diplomasi koersif ini ternyata pada akhirnya akan berimbas balik dan merugikan pihak mereka. Walaupun Cina sering menggunakan berbagai ancaman, sanksi dan pengaruhnya di bidang ekonomi, namun negara-negara target tersebut kebanyakan berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan mereka, sehingga strategi ini dianggap kurang berhasil.

Seluruh kondisi yang dialami telah berubah 180 derajat sejak pandemi COVID-19 hadir ditengah-tengah kondisi Cina yang sedang mengalami kegoyahan dalam kebijakan diplomasi koersif yang dijalaninya. 

Sejak Perang Dunia II, pandemi COVID-19 telah menjadi peristiwa paling mengganggu seluruh tatanan di dunia. COVID-19 berkembang menjadi lebih dari sekadar masalah kesehatan, melainkan menjadi urgensi yang menghadirkan tantangan multilateral untuk mengatasinya. Setelah epidemi, dunia akan menjadi semakin tidak teratur dan tidak stabil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun