Dolar Amerika Serikat atau US Dollar adalah mata uang yang dijadikan sebagai transaksi antar negara di dunia. Mata uang AS juga digunakan sebagai standar pembanding dengan nilai mata uang negara lainnya. Dollar AS menjadi mata uang Internasional sejak awal dari lahirnya mata uang ini di Amerika Serikat. Menurut sebuah laporan oleh Investopedia, mata uang Amerika Serikat dicetak pertama kali pada tahun 1914. Kemudian dolar AS menjadi mata uang Internasional dimulai setelah tiga dekade mata uang pertama kali dicetak pada tahun 1914. Pencetakan dolar AS terjadi setahun setelah Federal Reserve (Fed) menjadi bank sentral yang didirikan melalui Federal Reserve Act of 1913. Uang kertas yang pertama kali dicetak adalah uang $10 dengan wajah Andrew Jackson di atasnya.Â
Undang-undang yang ditetapkan oleh The Fed merupakan tanggapan terhadap ketidakamanan sistem moneter yang sebelumnya didasarkan pada tagihan yang dikeluarkan secara individual. Pada saat yang sama, ekonomi Amerika adalah yang terkuat di dunia saat itu, menyusul Inggris. Namun, perdagangan dunia masih berpusat di Inggris, dengan sebagian besar transaksi masih dilakukan dalam mata uang pound sterling. Beberapa negara maju menyimpan cadangannya dalam bentuk emas untuk menstabilkan mata uangnya. Namun, ketika terjadi Perang Dunia I pada tahun 1914, banyak negara meninggalkan standar emas untuk membayar biaya militer mereka dengan uang kertas, yang mendevaluasi mata uang mereka. Namun, Inggris terus menggunakan standar emas untuk mempertahankan posisinya sebagai mata uang utama dunia. Oleh karena itu, Inggris harus meminjam uang untuk pertama kalinya dalam tiga tahun perang. Kemudian Amerika Serikat menjadi debitur ke banyak negara yang berusaha membeli obligasi dalam dolar AS. Inggris pun akhirnya meninggalkan standar emas pada tahun 1931 yang membuat pedagang dunia kerepotan menggunakan poundsterling. Dan sejak saat itu, dolar Amerika Serikat menggantikan poundsterling sebagai mata uang cadangan internasional.
Sampai saat ini dolar Amerika Serikat menjadi mata uang paling populer dan banyak digunakan sebagai transaksi internasional. Pada kuartal terakhir tahun 2020, bank sentral dunia memegang 59% cadangan mereka dalam dolar AS. Banyak dari aset ini berbentuk uang tunai atau obligasi seperti Departemen Keuangan AS. Hutang dolar AS di luar AS terus meningkat, mencapai hingga US$12,6 triliun pada pertengahan tahun 2020. Amerika memiliki banyak keuntungan dari memiliki mata uang yang digunakan sebagai mata uang referensi di seluruh negara. Mengapa demikian? Karena dolar Amerika Serikat dapat diterima di banyak pasar di seluruh dunia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dolarisasi, dimana suatu negara menggunakan dolar AS sebagai alat pembayaran selain mata uang nasionalnya. Harga dolar AS juga menentukan harga mata uang lainnya. Dolar AS merupakan komoditas yang menguntungkan dalam perdagangan valas dan dijamin akan diterima oleh para pedagang valas.
Pada tahun 2022, Indeks Dolar (DXY), yang mengukur rata-rata dolar AS terhadap enam mata uang utama, menunjukkan bahwa dolar AS pada titik terkuatnya dalam dua dekade terhadap mata uang utama lainnya seperti euro, pound sterling, dan yen. Maka dari itu, saat ini dolar AS berada di level tertinggi dalam 20 tahun terakhir.Â
The Fed atau Federal Reserve adalah bank sentral milik Amerika Serikat yang bertanggung jawab menerapkan kebijakan moneter. Inflasi menjadi tolak ukur Bank Sentral Amerika Serikat ini dalam menetapkan kebijakan moneternya. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin agresif The Fed cenderung menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga oleh the Fed juga menjadi patokan untuk suku bunga lain dalam perekonomian. Dampak suku bunga Fed terhadap dolar dapat menyebabkan dolar terus naik dan lebih kuat serta harga saham dan obligasi lebih rendah. Hal ini menguntungkan bagi para investor asing namun apabila dolar naik akan menyebabkan pelemahan mata uang negara lainnya.Â
Selain itu, akibat dari perang antara Rusia dan Ukraina menyebabkan kenaikan dolar Amerika Serikat. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian yang disebabkan oleh serangan Rusia, para investor asing menimbun dolar AS karena instrumen ini adalah mata uang yang paling aman saat situasi ini terjadi. Investor memutuskan untuk melepas euro dan menggantinya dengan dolar AS. Pasalnya, negara-negara Eropa sangat dekat dengan konflik antara Rusia dan Ukraina. Kekhawatiran yang lebih besar adalah bahwa kenaikan dolar akan memukul negara-negara berkembang, yang seringkali harus membayar utang mereka dalam dolar AS, serta mata uang negara mereka justru akan melemah.Â
Lalu apa yang terjadi kepada negara lain jika dolar terus menguat? Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, inflasi menyebabkan dolar terus naik. Kondisi ini menyebabkan minyak dan komoditas lain yang diperdagangkan dalam kurs dolar akan mengalami peningkatan dalam kurs lokal ketika kurs dolar naik. Ketika harga energi dan komoditas naik, harga barang lainnya pun serta memicu gelombang inflasi di seluruh dunia. Amerika Serikat adalah satu-satunya pengecualian, karena penguatan dolar memengaruhi produk impor murah dan melemahkan inflasi negara. Sebagian besar negara berkembang yang berutang dalam dolar Amerika Serikat juga terancam. Akibat penguatan mata uang tersebut, nilai utang mereka mengalami peningkatan. Akibatnya, banyak negara kesulitan mengumpulkan mata uang lokal yang setara dengan nilai utangnya. Untuk itu sebagai negara berkembang seharusnya bisa menstabilkan mata uangnya atas dolar AS. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menguatkan mata uang lokal seperti membeli produk dalam negeri dan menahan untuk membeli produk luar negeri serta berinvestasi di dalam negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H