Rusia adalah pemasok minyak terbesar ke Uni Eropa, dan negara anggota Uni Eropa merupakan tujuan ekspor utama Rusia. Keduanya saling ketergantungan dan membutuhkan. Namun akibat dari invasi Rusia ke Ukraina, Uni Eropa kemudian memberlakukan sanksi embargo minyak Rusia. Ini merupakan sanksi ke enam yang lakukan oleh Uni Eropa kepada Rusia.Â
Pemberhentian pasokan minyak ke negara Uni Eropa diharapkan dapat memotong sumber pendanaan untuk mesin perang Rusia serta dapat mengakhiri peperangan. Sempat terjadi perdebatan alot antar negara Uni Eropa. Beberapa negara seperti Hungaria, Slovakia dan Ceko menolak rancangan embargo minyak Rusia.Â
Penolakan yang dilakukan Hongaria terhadap sanksi minyak serta ketidakmauan beberapa negara lain hampir membendung langkah Uni Eropa untuk menerapkan sanksi keenam terhadap Rusia. Perlu diketahui bahwa Hungaria telah bergantung pada minyak Rusia, sekitar pasokan 60% minyaknya dan 85% gas alam berasal dari Rusia. Namun, Uni Eropa terus berusaha agar para negara anggotanya dapat menyetujui sanksi embargo ekspor minyak Rusia.Â
Cara yang dilakukan Uni Eropa untuk memenuhi kebutuhan negara yang menentang rancangan embargo minyak, yaitu dengan membebaskan ekspor minyak dari Rusia, dengan catatan minyak dikirim melalui pipa lewat laut dan pelarangan pengiriman minyak lewat kapal. Kesepakatan yang dicapai adalah jalan tengah bagi para anggota Uni Eropa mereka, yang mana tidak memberlakukan embargo penuh atas minyak Rusia.Â
Embargo minyak Rusia tidak hanya dilakukan oleh Uni Eropa, namun juga telah dilakukan dahulu oleh sekutunya, Amerika Serikat. Sanksi ini akan mempengaruhi pendapatan ekspor Rusia. Namun keputusan embargo tidak cukup untuk menghancurkan perekonomian Rusia, negara Uni Eropa dan sekutunya pun memberikan batasan harga minyak Rusia. Pemberian batasan harga minyak Rusia ini dilakukan setelah pertemuan pemimpin di KTT G7 yang memberlakukan larangan ekspor minyak dan gas dari Rusia. Sanksi ini menyebabkan pasar minyak Rusia jatuh dan permintaan global minyak melemah.
Dalam menghadapi sanksi embargo dan pembatasan harga minyak yang diberikan oleh negara langganan minyaknya, Rusia kemudian menerapkan strategi baru untuk mengamankan posisinya di pasar energi global. Meski mengalami penurunan ekspor ke Uni Eropa dan pembatasan harga minyak, banyak negara Asia yang berbondong-bondong memperoleh minyak dengan harga murah. Rusia juga telah meningkatkan ekspor minyak ke pasar Asia seperti China, India dan Jepang.Â
Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan Rusia pada pasar Barat dan Uni Eropa yang melarang ekspor Rusia. Kemudian, Rusia terus meningkatkan produksi minyaknya untuk memenuhi permintaan dalam negeri serta permintaan pasar. Selain minyak, Rusia juga meningkatkan produksi dan ekspor produk non-minyak seperti gas alam, baja, dan teknologi. Hubungan kerjasama antar negara semakin diperluas untuk mengurangi ketergantungan pada negara Uni Eropa.
Pada tahun 2022, Rusia menjadi pemasok minyak mentah terbesar di China melampaui Arab Saudi. Impor minyak dari Rusia naik 50%. Presiden China Xi Jinping menyampaikan bahwa kemitraan energi merupakan tujuan kerja sama antara kedua negara. Kemitraan energi yang dilakukan menguntungkan kedua belah pihak. Kerjasama ini telah diperkuat dengan bertemunya kedua pemimpin negara di Uzbekistan pada konferensi tingkat tinggi Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Dalam pertemuan ini, Xi dan Putin menunjukkan kedekatan hubungan kedua negara. Xi bahkan mengatakan bahwa China ingin bekerja sama dengan Rusia untuk menjadi negara adikuasa. Ini menjadi peluang bagi China untuk mendapatkan energi yang lebih murah. Pada saat yang sama, Rusia mengkompensasi kerugian yang disebabkan oleh larangan ekspor produk energinya yang diberlakukan oleh Uni Eropa dan sekutunya.Â
China dan Rusia juga berencana menggunakan mata uang lokal untuk transaksi perdagangan mereka, yaitu yuan dan rubel, sebagai mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Menurut direktur Bursa Efek Moskow, pangsa yuan di pasar mata uang Rusia naik dari kurang dari 1 persen pada Januari menjadi 48 persen pada November 2022. Impor China atas bahan bakar minyak Rusia diperkirakan mencapai rekor tertinggi pada Februari 2023, berdasarkan data yang diperoleh dari intelijen Kpler, China kedatangan 5,62 juta barel, kemudian naik dari 3,89 juta pada Desember, yang merupakan rekor tertinggi sebelumnya. Peningkatan impor China, merupakan upaya pemulihan ekonomi setelah zero covid, yang mendukung harga minyak dunia.Â
China menjadi penyelamat ekonomi Rusia ketika Uni Eropa dan negara Barat lainnya memberlakukan embargo. Mungkin bukan hanya China, negara Asia lainnya juga turut menopang perekonomian China. Namun China merupakan konsumen minyak terbesar Rusia saat ini. Hubungan antar kedua negara ini adalah hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Rusia memerlukan pengganti impor dari pasar Barat untuk mobil dan ponsel. Menurut data dari perusahaan riset Rusia Autostat, pangsa pasar merek mobil China, termasuk Havel, Chery dan Geely, naik dari 10 persen menjadi 38 persen setahun setelah merek Barat keluar dari Rusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H