Persabahatan enam anak pesantren dari berbagai daerah, sebut saja Alif dari Minangkabau, Baso dari Gowa, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Madura, dan Atang dari Bandung. Persahabatan mereka diawali ketika berada di Pondok Pesantren Madani, Ponorogo Jawa Timur. Sahibul Menara merupakan nama kelompoknya dengan impian ingin menaklukkan belahan dunia suatu saat nanti. Segala usaha dilakukannya. Beberapa konflik pun mereka temui ketika di pesantren, mulai dari alif yang jatuh cinta dengan Sarah; keponakan Kiai Rais (Kepala Pondok Pesantren Madani), Atang dan teman-temannya yang berusaha memperbaiki generator buntut menjadi generator kreatif yang dapat menerangi pesantren saat mati lampu, hingga pada masalah kepergiaan salah satu anggota Sahibul Menara yaitu Baso. Akhir dari perjalanan mereka ternyata sesuai dengan yang mereka impikan, hingga akhirnya dipertemukan kembali dalam keadaan sukses.
Nilai-nilai positif yang dapat dipetik dalam film Negeri 5 Menara adalah semangat Man Jadda Wajada dalam film ini akan menularkan semangat baru bagi generasi muda, citra baik pesantren sebagai tempat pendidikan akan menjadi sangat populer bagi anak-anak yang akan melanjutkan pendidikannya serta budaya kebhinnekaan pun akan semakin kuat dengan penggambaran persahabatan santri dari berbagai pelosok tanah air di Indonesia.
Namun, dibalik sisi positif tersebut, ternyata diakhir cerita dari film ini seakan-akan terpotong sehingga perpisahan mereka ketika tamat di Pondok Pesantren Madani tidak tergambarkan, kata-kata Man Jadda Wajada sangat ditonjolkan oleh para pemain padahal aktifitasnya biasa-biasa saja. Walaupun film ini kurang pas dengan bukunya, tetapi motivasi man jadda wajada tetap menyatu dalam diri pemerannya.
Kesuksesan film ini dalam menghipnotis penonton tidak terlepas dari karakter pemain yang begitu mempesona. Peran Alif yang begitu egois dengan teman-temannya sampai-sampai menimbulkan konflik dengan Baso. Begitu pula dengan Baso yang agak kental dengan dialek logat makassarnya. Tidak kalah juga dengan peran Ustad Torik yang begitu sangat disiplin sehingga ditakuti oleh para santri.
Film yang sangat menarik diawal tahun 2012 ini sangat menginspirasi saya secara pribadi untuk terus menuntut ilmu dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan umat manusia. Film ini wajib ditonton oleh generasi muda sebagai sang pemimpi, inspirator, dan pelanjut estafet kepemimpinan di negara tercinta ini, Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H