Mohon tunggu...
Andi Syamrizal
Andi Syamrizal Mohon Tunggu... -

Masih setia berstatus mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Lomba Review Film Negeri 5 Menara oleh Andi Syamrizal

14 April 2012   16:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:36 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13344216491470698895

IMPIAN ANAK PESANTREN; MAN JADDA WAJADA

oleh: Andi Syamrizal

Persabahatan enam anak pesantren dari berbagai daerah, sebut saja Alif dari Minangkabau, Baso dari Gowa, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Madura, dan Atang dari Bandung. Persahabatan mereka diawali ketika berada di Pondok Pesantren Madani, Ponorogo Jawa Timur. Sahibul Menara merupakan nama kelompoknya dengan impian ingin menaklukkan belahan dunia suatu saat nanti. Segala usaha dilakukannya. Beberapa konflik pun mereka temui ketika di pesantren, mulai dari alif yang jatuh cinta dengan Sarah; keponakan Kiai Rais (Kepala Pondok Pesantren Madani), Atang dan teman-temannya yang berusaha memperbaiki generator buntut menjadi generator kreatif yang dapat menerangi pesantren saat mati lampu, hingga pada masalah kepergiaan salah satu anggota Sahibul Menara yaitu Baso. Akhir dari perjalanan mereka ternyata sesuai dengan yang mereka impikan, hingga akhirnya dipertemukan kembali dalam keadaan sukses.

Nilai-nilai positif yang dapat dipetik dalam film Negeri 5 Menara adalah semangat Man Jadda Wajada dalam film ini akan menularkan semangat baru bagi generasi muda, citra baik pesantren sebagai tempat pendidikan akan menjadi sangat populer bagi anak-anak yang akan melanjutkan pendidikannya serta budaya kebhinnekaan pun akan semakin kuat dengan penggambaran persahabatan santri dari berbagai pelosok tanah air di Indonesia.

Namun, dibalik sisi positif tersebut, ternyata diakhir cerita dari film ini seakan-akan terpotong sehingga perpisahan mereka ketika tamat di Pondok Pesantren Madani tidak tergambarkan, kata-kata Man Jadda Wajada sangat ditonjolkan oleh para pemain padahal aktifitasnya biasa-biasa saja. Walaupun film ini kurang pas dengan bukunya, tetapi motivasi man jadda wajada tetap menyatu dalam diri pemerannya.

Kesuksesan film ini dalam menghipnotis penonton tidak terlepas dari karakter pemain yang begitu mempesona. Peran Alif yang begitu egois dengan teman-temannya sampai-sampai menimbulkan konflik dengan Baso. Begitu pula dengan Baso yang agak kental dengan dialek logat makassarnya. Tidak kalah juga dengan peran Ustad Torik yang begitu sangat disiplin sehingga ditakuti oleh para santri.

Film yang sangat menarik diawal tahun 2012 ini sangat menginspirasi saya secara pribadi untuk terus menuntut ilmu dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan umat manusia. Film ini wajib ditonton oleh generasi muda sebagai sang pemimpi, inspirator, dan pelanjut estafet kepemimpinan di negara tercinta ini, Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun