Mohon tunggu...
Andi Sriulandri
Andi Sriulandri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi badminton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

peran literasi keuangan publik islam terhadap kualitas pengelolaan zakat

18 Januari 2025   10:09 Diperbarui: 18 Januari 2025   10:09 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Literasi keuangan publik Islam memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pengelolaan zakat di Indonesia. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat yang sangat besar, mencapai lebih dari Rp 300 triliun per tahun menurut Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Namun, realisasi pengumpulan zakat masih jauh dari potensi tersebut, yang menunjukkan bahwa literasi keuangan publik Islam di kalangan masyarakat masih rendah. Literasi keuangan publik Islam tidak hanya berkaitan dengan pemahaman masyarakat tentang zakat, tetapi juga mencakup kesadaran tentang pentingnya peran zakat dalam mengurangi ketimpangan sosial, membangun kesejahteraan, dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks ini, rendahnya literasi keuangan publik Islam menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi kualitas pengelolaan zakat, mulai dari proses pengumpulan, distribusi, hingga dampaknya terhadap masyarakat penerima manfaat.

Pemahaman masyarakat terhadap zakat sering kali masih terbatas pada aspek kewajiban agama semata, tanpa memahami fungsi sosial dan ekonominya dalam kerangka keuangan publik Islam. Literasi keuangan publik Islam dapat memberikan pemahaman yang lebih holistik tentang bagaimana zakat dapat menjadi alat redistribusi kekayaan yang efektif. Zakat bukan hanya tentang memberikan sebagian harta kepada yang membutuhkan, tetapi juga tentang menciptakan keseimbangan ekonomi dalam masyarakat. Dalam perspektif keuangan publik Islam, zakat adalah instrumen yang dirancang untuk mengurangi kesenjangan sosial dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat miskin dan rentan. Ketika literasi masyarakat terhadap zakat meningkat, kesadaran untuk membayar zakat secara terorganisir melalui lembaga resmi seperti BAZNAS atau lembaga amil zakat lainnya juga akan meningkat. Hal ini pada akhirnya akan mendukung pengelolaan zakat yang lebih optimal, baik dari segi kuantitas maupun kualitas distribusinya.

Salah satu dampak rendahnya literasi keuangan publik Islam adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat. Banyak masyarakat yang lebih memilih untuk membayar zakat secara langsung kepada individu penerima manfaat, dibandingkan melalui lembaga resmi. Meskipun cara ini tidak salah dari segi syariah, hal tersebut mengurangi potensi zakat untuk dikelola secara kolektif dan strategis. Literasi keuangan publik Islam dapat membantu masyarakat memahami pentingnya pengelolaan zakat yang terorganisir. Ketika zakat dikelola secara kolektif oleh lembaga resmi, dana yang terkumpul dapat digunakan untuk mendanai program-program jangka panjang yang lebih berdampak, seperti pembangunan infrastruktur, penyediaan pendidikan gratis, atau pemberdayaan ekonomi bagi kelompok miskin. Dengan literasi yang baik, masyarakat akan lebih memahami bahwa zakat yang dikelola secara profesional dapat memberikan manfaat yang lebih luas dan berkelanjutan.

Di sisi lain, literasi keuangan publik Islam juga penting bagi para pengelola zakat, baik di tingkat nasional maupun daerah. Pengelola zakat harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip keuangan Islam, manajemen dana publik, dan tata kelola yang transparan dan akuntabel. Literasi ini akan membantu pengelola zakat dalam menyusun strategi pengumpulan yang efektif, misalnya melalui pemanfaatan teknologi digital seperti aplikasi pembayaran zakat atau platform crowdfunding berbasis syariah. Selain itu, literasi keuangan publik Islam juga diperlukan untuk memastikan distribusi zakat dilakukan secara tepat sasaran dan sesuai dengan delapan golongan penerima zakat (asnaf) yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Dengan pengelolaan yang berbasis data dan teknologi, pengelola zakat dapat memastikan bahwa dana yang didistribusikan benar-benar memberikan dampak positif terhadap penerima manfaat, seperti meningkatkan pendapatan, menyediakan akses pendidikan, atau menciptakan peluang kerja.

Selain pengelola zakat, literasi keuangan publik Islam juga penting untuk kalangan pemerintah. Sebagai pemegang kebijakan, pemerintah memiliki peran strategis dalam mendukung pengelolaan zakat yang optimal melalui regulasi dan kebijakan yang berpihak pada pengelolaan zakat yang profesional dan berbasis syariah. Misalnya, pemerintah dapat meningkatkan insentif pajak bagi wajib zakat yang menyalurkan zakatnya melalui lembaga resmi. Literasi keuangan publik Islam akan membantu pemerintah memahami potensi besar zakat sebagai sumber pendapatan alternatif yang dapat digunakan untuk mendukung program-program sosial dan pembangunan. Selain itu, literasi ini juga dapat mendorong kolaborasi yang lebih baik antara pemerintah, lembaga zakat, dan masyarakat dalam mengelola dana zakat secara transparan dan akuntabel.

Pemanfaatan teknologi digital dalam pengelolaan zakat juga merupakan aspek penting yang harus didukung oleh literasi keuangan publik Islam. Di era digital seperti sekarang, teknologi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk meningkatkan pengumpulan dan distribusi zakat. Aplikasi pembayaran zakat, misalnya, dapat mempermudah masyarakat dalam menyalurkan zakat mereka secara cepat dan aman. Selain itu, teknologi juga memungkinkan pengelola zakat untuk melacak distribusi dana secara real-time, sehingga transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat dapat terjamin. Literasi keuangan publik Islam akan membantu masyarakat dan pengelola zakat memahami pentingnya teknologi dalam mendukung pengelolaan zakat yang lebih modern dan efisien.

Selain dampak terhadap pengelolaan zakat, literasi keuangan publik Islam juga berkontribusi pada peningkatan kesadaran masyarakat tentang manfaat zakat dalam menciptakan kesejahteraan sosial. Ketika masyarakat memahami bahwa zakat tidak hanya membantu individu penerima manfaat, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat secara keseluruhan, mereka akan lebih termotivasi untuk menunaikan zakat dengan benar. Misalnya, zakat yang dikelola dengan baik dapat digunakan untuk mendanai program pelatihan keterampilan bagi kelompok miskin, sehingga mereka dapat meningkatkan daya saing di pasar kerja. Dengan cara ini, zakat tidak hanya menjadi alat redistribusi kekayaan, tetapi juga menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan.

Namun, literasi keuangan publik Islam tidak dapat berkembang dengan sendirinya. Dibutuhkan upaya kolaboratif dari berbagai pihak untuk meningkatkan literasi ini, mulai dari lembaga pendidikan, organisasi keagamaan, hingga media massa. Pendidikan tentang keuangan publik Islam harus dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, baik di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi. Selain itu, lembaga zakat dan pemerintah harus aktif melakukan kampanye edukasi tentang pentingnya pengelolaan zakat yang profesional dan berbasis syariah. Media massa juga memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi tentang keuangan publik Islam kepada masyarakat luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun