Sebut saja, hilangnya kas daerah Pemkot Semarang sebesar Rp 22 miliar tahun 2015, masalah kasus dugaan korupsi terkait penyelenggaraan Motocross Grand Prix (MXGP) Semarang tahun 2018, dan terakhir masalah kasus pembunuhan sadis terhadap Paulus Iwan Boedi Prasetijo (Iwan Budi), aparatur sipil negara di Kota Semarang tahun 2022 yang hingga kini belum terungkap. Meski terlibat atau tidak belum ada kepastian hukum, namun nama Hendrar Prihadi banyak disebut dalam kasus tersebut. Apalagi itu semua terjadi di masa kepemimpinannya.
Sebenarnya masih banyak kasus lain yang berpotensi jadi masalah hukum, namun tak seheboh tiga kasus tersebut. Semua itu terjadi di kepemimpinan Hendrar Prihadi di Kota Semarang (sejak pertama kali jadi pelaksana tugas wali kota tahun 2012 sampai ditarik ke LKPP tahun 2022).
Dengan beberapa potensi masalah tersebut, saya meyakini Mas Hendi memiliki banyak resistensi jika berniat maju kembali sebagai Wali Kota Semarang. Persoalan hukum akan banyak menantinya, jika dia memaksakan maju kembali di Pilwakot Semarang 2024. Hal ini tentu akan sangat mengganggu, apalagi jika dipakai oleh lawan politik untuk melakukan "serangan".
Apalagi kepercayaan publik kepadanya tak sebesar dulu, saat masih menjabat sebagai wali kota. Pada Pilwakot Semarang 2020, calon tunggal petahana Hendrar Prihadi-Hevearita Gunaryanti Rahayu (Hendi-Ita) hanya mendapatkan 716.693 suara, dan kotak kosong mendapatkan 66.071 suara, dari total 1.174.068 jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT). Angka yang tak signifikan untuk seorang incumbent kala itu, apalagi jika bertarung sekarang.
PDIP, partainya, tentu memiliki pertimbangan yang lebih jernih untuk persiapan Pilwakot Semarang. Apalagi isu tentang keretakan hubungan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu yang juga kader PDIP, dengan Hendrar Prihadi yang saat ini menjabat Ketua DPC PDIP Kota Semarang. Â Politik belah bambu mudah diterapkan lawan politiknya, jika Mas Hendi maju di Pilwakot Semarang.
Apalagi saat ini muncul beberapa nama kader PDIP yang lebih "aman" jika ditarungkan di kontestasi Pilkada di Semarang. Agustina Wilujeng misalnya, atau jika ingin mengambil di luar kader ada nama Iswar Aminuddin yang saat ini menjabat sebagai Sekda Kota Semarang. Dengan mesin partai yang solid, serta pengalaman mengikuti Pilkada, saya yakin PDIP akan memilih calon yang "lebih aman" untuk ditarungkan daripada potensi kasus seperti yang dialami Mbak Ita terulang.
Dengan banyak pertimbangan di atas, saya yakin peluang Hendrar Prihadi memperoleh rekom dari partainya, atau memenangkan kontestasi Pilwakot Semarang akan semakin menipis.Â
Apalagi jika nantinya harus berhadapan head to head dengan calon lain yang secara ketokohan lebih "fress", yang berpeluang besar diusung oleh banyak partai yang sebelumnya tergabung di KIM dan partai lainnya, tentu potensi keterpilihan Hendi juga semakin berat. Bahasa Jawanya, ngedole wes angel di tengah masyarakat yang banyak menginginkan perubahan di Kota Semarang.
Jadi untuk maju kembali di Pilwakot Semarang, menurut saya harus banyak melakukan kalkulasi, dan sedikit menahan syahwat politiknya. Karena, setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya.(*)
Candisari, Semarang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI