Mohon tunggu...
Andi Sardono
Andi Sardono Mohon Tunggu... PNS -

Saya lahir di Solo, TK di Jakarta (kawasan Bangka), SD di Banjarmasin (kawasan Kayu Tangi), SLTP di Bekasi (kawasan Babelan), SLTA di Surakarta (kawasan Pabelan), S1 di Makassar (kawasan Tamalanrea), dan kerja di Jakarta (kawasan Cawang). Lengkap sudah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seandainya Bisa Tertib

30 Agustus 2010   04:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir ini, para penumpang wanita KRL AC Ekonomi dan Ekspres tujuan Bekasi-Jakarta Kota pp (dan mungkin juga pada jurusan lain di wilayah Jabodetabek) dikejutkan oleh layanan dari PT. KAI (Kereta Api Indonesia) berupa penyediaan gerbong khusus wanita pada setiap rangkaian KRL dimaksud. Gerbong-gerbong itu tersedia pada bagian depan (1 gerbong) dan bagian belakang (1 gerbong) pada masing-masing rangkaian KRL tersebut.

Ternyata, terobosan ini dilakukan oleh PT. KAI menanggapi begitu banyaknya keluhan tentang aksi pelecehan seksual yang kerap menimpa para penumpang wanita dalam gerbong-gerbong KRL sebelumnya. Ide ini sangat menggembirakan memang, tapi tampaknya terobosan ini tidak didukung oleh penyediaan peron yang cukup panjang pada beberapa stasiun kecil atau pos perhentian di sepanjang jalur KA wilayah Jabodetabek. Semisal pada rute Jakarta-Bekasi yang banyak terdapat pos perhentian KA yang mempunyai panjang peron terbatas seperti Stasiun KA Kramat, Stasiun KA Klender, dan Stasiun KA Cakung. Umumnya, pada stasiun-stasiun kecil seperti itu panjang peronnya hanya sebatas beberapa puluh meter saja sehingga menyulitkan para penumpang wanita yang berada pada gerbong pertama dan terakhir untuk naik-turun pada stasiun-stasiun kecil itu.

Kesulitan di atas sangat masuk akal mengingat rangkaian setiap KRL AC Ekonomi dan KRL AC Ekspres umumnya berjumlah 8 gerbong sedangkan panjang peron yang tersedia pada stasiun-stasiun di atas tidak menjangkau panjang rangkaian KRL-KRL dimaksud. Alhasil, banyak penumpang wanita yang misalnya berada pada gerbong pertama (gerbong yang memang dikhususkan bagi kaum wanita) harus berjalan tergopoh-gopoh menerobos kerumunan penumpang umum (bercampur pria dan wanita) pada gerbong ke-2 hingga 7 untuk bisa turun dengan selamat pada peron stasiun kecil yang dituju (yang kebetulan memiliki panjang peron terbatas).

Tentu saja, kondisi di atas tidak bisa diatasi oleh PT. KAI dengan mengurangi jumlah gerbong pada setiap rangkaian KRL AC Ekonomi dan Ekspres yang ada mengingat laju pertumbuhan pengguna jasa KRL AC Ekonomi dan Ekspres di wilayah Jabodetabek sangat tinggi. Satu-satunya jalan yang harus dilakukan oleh PT. KAI bersama-sama dengan instansi terkait lainnya untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan terobosan pemisahan gerbong khusus wanita itu adalah mengadakan proyek pemanjangan peron-peron pada semua stasiun kecil yang dilalui oleh KRL-KRL itu di semua wilayah Jabodetabek. Saya yakin, ide pemanjangan peron itu sangat dinanti-nantikan (dan tentunya juga sangat didukung) oleh semua penumpang KRL baik Ekonomi, AC Ekonomi, dan AC Ekspres.

Di sisi lain, ide ini juga patut ditiru oleh penyedia jasa transportasi lainnya di Indonesia, seperti misalnya oleh maskapai penerbangan atau penyedia bus transjakarta (dan penyedia bus sejenisnya di kota lainnya).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun