Chesi dan MaleaÂ
Panggilan telpon terus berdering. Barangkali ia lupa mematikan ponselnya atau mensetting mode silent saat kerja. Sudah peraturan di cafe itu jika di jam kerja tidak boleh mengaktifkan handphone. Barangkali Chesi lupa dengan hal itu atau karena kurang fokus atas persoalan yang menimpanya.Â
Hingga saat ini belum bisa move on atas kasusnya dengan mantan suaminya. Si Beti suami Chesi itu terpaksa menceraikan istrinya. Lelaki kelahiran Sabah Malaysia itu merasa hidupnya tidak fair bila bersama dengan perempuan memiliki perilaku ganda. Penyakit itu ia tak bisa tahan, pasti dapak seminggu harus ketemu pacarnya juga.Â
Keanehan itu ia rasa sejak menginjakkan kaki di kelas 1 SMP setahun sebelum keluarganya pindah ke Malaysia. Di sanalah mereka dipertemukan di dalam suatu dunia kerja yang sama. Si Chesi berprofesi sebagai DJ, Koki, atau Bartender. Sementara suaminya adalah bodyguard dan kadang juga pemasok minuman di club malam. Si Beti tampak jantan, lelaki idaman bagi perempuan pada umumnya. Entah darimana datangnya cintanya ke Chesi.
Hubungan suami istri berlanjut kurang lebih empat tahun. Dari hubungan tersebut, mereka dikaruniai anak yang sangat luar biasa. Mungkin karena perkawinan antar budaya berbeda, Â bahkan dua negara yakni Indonesia dan Malaysia. Ayah Chesi orang Manado, ibunya orang Bugis namun sudah lama berbisnis di Kota Makassar. Karena aktivitas bisnisnya yang sangat luar biasa akhirnya membawanya ke negeri Jiran Malaysia. Sejak tahun 1970an orang tua Chesi sudah lama di luar negeri bahkan sudah berpindah-pindah negara. Mereka pebisnis ulung dalam bidang ekspor impor ikan pedaging. Kapalnya terbilang banyak. Suami Chesi pun demikian merupakan hasil perpaduan dua budaya berbeda yakni dari Cina Singapura dengan Malaysia.Â
Chesi merasa punya kekuatan cinta baik kepada lawan jenis maupun ke sesama jenis. Apa yang dimilikinya adalah karunia namun membawa hal miring dalam kehidupan bermasyarakat. Di negeri Jiran Malaysia belum diberlakukan hubungan sesama jenis. Di Indonesia pun masih dianggap tabu. Ayah si Beti terpaksa meminta ke putranya untuk segera menceraikan dengan menantunya yang kaya raya itu. Padahal ia sedang mengandung as anak ketiga. Ada prinsip dalam hidup seseorang yang tidak bisa ditolerir meski berhadapan dengan persoalan lain agama atau kemanusiaan.Â
***Â
Keahlian si Chesi dalam bidang hiburan tidak diragukan lagi. Parasnya yang cantik membuatnya tak gampang kehilangan pekerjaan. Setelah melahirkan anak ketiganya itu, ia bersama ketiga anaknya pulang ke Indonesia. Ia kemudian mendirikan usaha cafe di Kota Makassar, hanya saja situasi perkopian, hiburan hingga bisnis serupa butuh modal besar. Setahun berjalan bisnisnya hancur. Ia tak dapat lagi tanggungan dari orangtuanya. Tiga tahun terakhir orangtuanya dikabarkan bercerai lantaran ayahnya tertangkap di pelabuhan, ada barang penyelundupan yang terpaksa membuatnya harus di jeruji. Ibunya memilih melanjutkan usaha perikanan, agar bersih dari hukum di negara orang terpaksa melayangkan surat gugatan cerai. Sementara mantan suaminya Chesi hanya menanggung biaya pendidikan anak-anak mereka yang ditagih lewat pengadilan luar negri jika di atas ratusan juta.Â
Sebagai perempuan tangguh Chesi harus bekerja sambil urus tugas anak. Mereka tinggal di rumah warisan keluarganya. Rumah itu tak boleh dijual, digadaikan atau jadi jaminan usaha. Famali baginya dan keluarganya, hanya boleh tinggal.Â
Sudah dua bulan ia bekerja bartender. Dua Minggu terakhir ia dipindahkan di cafe sebagai chef, tetap pemilik usaha yang sama. Selama jadi chef di cafe itu ia sangat menikmati profesinya. Ia sangat antusias bekerja, masuk sore pulang tengah malam.Â
"Kenapa tidak diangkat?"