Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sistem Honorifik dalam Berbahasa dengan Lawan Bicara

2 Januari 2025   17:41 Diperbarui: 2 Januari 2025   17:41 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi penggunaan bahasa, dokumentasi penulis

Sistem Honorifik dalam Berbahasa dengan Lawan Bicara (Andi Samsu Rijal)

Bahasa adalah hal mendasar yang membedakan antara mahluk yang satu dengan yang lain. Demikian bahwa bahasa pulalah yang dapat menjadi pembeda antara manusia atau individu yang satu dengan individu lainnya. Dalam artian dari caranya bertutur kata individu tersebut, maka kita dapat saja menakar bahwa yang bersangkutan adalah individu yang memiliki tingkat kesopanan tersendiri. Sebab dari tutur katanya mencerminkan tata krama dan sistem honorifk yang dipraktekkannya dalam berinteraksi dengan lainnya.

Dalam aktivitas berbahasa yang sering kita praktikkan terbagi atas dua yakni bahasa primer dan bahasa sekunder. Bahasa primer adalah bahasa lisan sementara bahasa sekunder adalah bahasa tulis. Dalam praktik berbahasa tersebut juga terbagai atas dua, ada yang namanya secara formal dan informal. Pada intinya bahwa dalam berbahasa, kita senantiasa menempatkan perkataan tersebut dengan siapa kita bertutur, dalam konteks apa dan topik pembicaraannya apa? Dalam ilmu sosiolinguistik dijelaskan bahwa orang yang seumuran memiliki cara berbahasa yang cenderung lebih lugas. Namun jika individu berbahasa dengan orang yang lebih tua, maka senantiasa melakukannya dengan penuh sopan santun. Demikian anak-anak kepada kakaknya, anak-anak kepada orang tuanya, anak-anak kepada gurunya yang tidak dengan nada sombong bahkan lebih sopan. Situasi sebaliknya dari yang tua ke yang lebih muda terkadang nada bicara sedikit berbeda.

Dalam aspek lain juga mempengaruhi nada seseorang atau tingkat kesopanan yang bergantung kondisi sosial yang melingkupinya misalnya keadaan ekonomi, pangkat dan jabatan. Orang yang memiliki jabatan tinggi cenderung tidak memiliki tekanan dalam berbahasa kepada bawahannya. Orang kaya kepada orang yang berpenghasilan rendah pun terkadang terlihat arogan. Meski aspek geografis juga memberi kontribusi pengaruh atas tingkat tinggi rendahnya seseorang berbicara, namun aspek ini dapat diterima bagi lawan bicara karena sudah terjadi secara natural tetapi kedua aspek di atas seperti aspek sosial dalam jabatan dan ekonomi tentu akan sedikit elitis.

Dalam setiap agama pun memiliki pandangan yang sama menunjukkan sikap sopan santun dalam berbahasa. Bahwa senantiasa seseorang selalu mengucapkan sesuatu hal dengan sopan kepada sesama. Baik itu sesuatu yang pahit pun namun jika disampaikan secara sopan maka akan berterima kepada lawan bicara kita. Kesopanan dalam berbahasa pun menunjukkan cara berfikir dan berbudaya bagi seseorang dan kelompok masyarakat tertentu.

Dalam ilmu bahasa juga, khususnya dalam ilmu sastra sering digambarkan bahwa semakin tidak langsung bahasa tersebut maka dianggap sangat sopan. Itulah dalam berbagai karya sastra menyimpan amanat atau nasehat yang pada dasarnya penulis sedang berbicara kepada pembaca atau adiens namun tidak secara langsung bahkan dengan rentang waktu yang berbeda. Tulisan yang ditulis hari ini adalah pelajaran yang didapat penulis beberapa waktu sebelumnya, lalu dibaca di kemudian hari bahkan dengan rentang waktu yang cukup lama. Bahasa sastra mengutamakan bahasa kiasan, metafora, bahkan analogi perumpaaan agar orang yang membacanya tidak mudah tersinggung bahkan lebih dominan menjadikannya sebagai bahan pelajaran atau nilai-nilai yang disebut values.

Pesan dalam bahasa sastra tidak sema dengan dengan bahasa ilmiah. Bahasa sastra disampaikan secara tidak langsung, bahkan pesan terkadang bersembunyi di balik teks dengan simbol-simbol bahkan dengan di balik teks. Bahasa ilmiah harus langsung pada pokok permasalahan. Penulis langsung menyampaikan sesuatu permasalahan dengan tegas bahwa apa masalah dalam tulisannya. Meski keduanya tetap merupakan praktik kelisanan tersier, yang tidak secara langsung berkomunikasi dengan pembaca. Namun bahasa ilmiah sedikit lebih tegas, akurat dan menyampaikan obyek secara transparan dengan sumber yang jelas.

Dalam aktivitas berbahasa secara langsung pun sedianya tidak disampaikan secara sembrono. Pembicara sedianya berkomunikasi dengan sopan kepada lawan bicara. Dengan berbicara secara sopan dengan penuh penghargaan (honorifik) kepada lawan bicara kita, maka komunikasi dapat berjalan lancar. Bahkan perilaku kita akan semakin membaik dari hari ke hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun