Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gen Z yang Tak Pernah Kehabisan Akal dalam Bidang Pekerjaan

16 Desember 2024   10:59 Diperbarui: 16 Desember 2024   11:16 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Gen Z, sumber gambar: brain academy 

Gen Z yang Tak Pernah Kehabisan Akal Dalam Bidang Pekerjaan

Dunia pekerjaan saat ini memiliki paradigma yang berbeda antara di zaman dulu dengan era saat ini.  Di zaman dulu pekerjaan sebagai ASN, honorer atau semacamnya yang menggunakan seragam dianggap sebagai prestise dan perubahan status sosial di masyarakat apalagi anaknya diterima bekerja. Orang tua dulu mati-matian menyekolahkan anaknya untuk didaftarkan sebagai pegawai. Setelah lulus sekolah dan kuliah mereka berlomba-lomba mendaftarkan anak yang bersangkutan untuk honorer demi terlihat keren atau paling tidak menganggur padahal gaji bulanan pun belum tentu diterima. 

Sementara dunia pekerjaan saat ini cenderung berbeda. Banyak perusahaan mempekerjakan karyawan secara kontrak  dulu , alias tidak langsung diangkat jadi karyawan tetap. Selain karena mencari jalan tengah, juga karena memang gen Z saat ini cenderung untuk bekerja berpindah-pindah tempat. Mereka gambang bosan, dan mencari pekerjaan sesuai dengan interest mereka bukan karena uang, status sosial atau karir melainkan ingin mencari yang pas. 

Jangan heran jika karyawan saat ini yang rata-rata lulusan sarjana bahwa mereka terkadang memilih menganggur dulu daripada bekerja namun tidak sesuai passion-nya. Anak muda sekarang banyak jadi anak tongkrongan, atau bahkan jadi rebahan, hingga gamers. Mereka bahkan banyak yang sudah berpenghasilan alias work from home dengan cara yang beragam. Misalnya desain grafis, editing, endorse, reseller, youtuber hingga aktris .  Tidak semua pekerjaan generasi saat ini adalah kantoran melulu, baju dinas melulu,  berburu target , kejar kejaran macet di hari senin, dsb. Mereka justru memiliki ruang tersendiri sesuai kebutuhan zaman. Orang tua pun banyak yang sudah memiliki paradigma berbeda atas anak-anak yang pada intinya mereka tidak rusak karena pergaulan. Demikian pihak perusahaan sedianya memiliki konsep pekerjaan yang fleksibel yang tidak melulu kerja pagi pulang sore atau shift tiga masuk malam pulang pagi, apalagi lembur. 

Pihak pemerintah pun sedianya memberikan edukasi baik kepada pihak BLK, perguruan tinggi hingga di masyarakat secara langsung agar anak-anak generasi sekarang tidak mesti ditekan tetapi diberi ruang kreatif. Industri pekerjaan saat ini khususnya lulusan sarjana sudah sedianya pemerintah turut andil dalam memberikan riang kreatif, inovatif hingga pendidikan inklusi agar anak-anak tidak terjun ke dunia pergaulan bebas yang dapat mengancam stabilitas generasi di masa yang datang. Pemerintah harus punya data yang valid di setiap kota besar di Indonesia, , dan melalui kebijakan mereka dapat menjadikan generasi muda sebagai generasi gemilang. Demikian perhatian pemerintah atas desa perlu ditumbuh kembangkan agar tidak semua pembangunan SDM dan infrastruktur terpusat di kota besar. 

Gen Z di mana pun berada perlu perhatian khusus dari siapa saja. Baik dari orang tua, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan hingga dari pemerintah pusat. Sebab mereka adalah pewaris bagi generasi selanjutnya setelah generasinya. Mereka juga punya kecenderungan yang unik, kreatif dan ingin bebas dari tekanan yang dapat merusak mental mereka. Liat saja aktivitas pekerjaan mereka saat ini bahwa lebih memilih pekerjaan di industri kreatif dibanding bekerja seperti robot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun