Teh Cap Gunung Selalu Menemani Masa Kecil Saya
Di masa kecil dulu kami sering ditemani teh hangat baik di pagi hari maupun di sore hari. Orang kami dulu senantiasa menyediakan teh hangat sebelum berangkat ke sekolah. Demikian di sore hari, teh hangat disajikan bersama gorengan.Â
Teringat di beranda rumah jadi tempat untuk bercengkrama bersama keluarga. Ayah dan ibu juga tampak bersantai. Memang beranda rumah Bugis dijadikan sebagai tempat atau ruang interaksi untuk membicarakan hal-hal ringan sembari menikmati teh hangat dan gorengan yang diolah sendiri dari hasil kebun. Suasana demikian sangat dirindukan di tengah hiruk pikuk kehidupan modern seperti di kota atau seperti generasi yang saat ini disibukkan dengan gadget masing-masing di tangan.
Teh yang diolah oleh orang tua dulu yakni bukanlah teh celup melainkan teh dalam bentuk butiran dari olahan daun teh. Tertera di bungkusan kecil dengan merek teh cap gunung. Setelah diseduh dengan air panas, lalu diaduk bersama gula pasir di dalam teko kecil dan ditapis kemudian disajikan di gelas di atas tudung saji. Tiada nuansa kumpul-kumpul di beranda tanpa teh cap gunung tadi, sehingga suasana ngeteh sangat terekam diingatan khususnya di generasi saya yang kelahiran 80-an.
Kami tidak pernah memikirkan dari mana asal teh cap gunung tadi. Biasanya hanya teh tesebut yang dijual di pasar tradisional atau di toko tetangga. Tak ada merek teh lain di kampung kami sehingga aroma teh cap gunung tersebut sangat dirindukan ketika di musim hujan, di pagi hari atau ketika sedang berkumpul bersama keluarga. Hal berbeda dengan zaman saat ini di mana teh disajikan dalam kemasan. Bahkan banyak generasi milenial memilih nongkrong di warung kopi di coffee shop, sehingga tak pernah merasakan kehangatan seperti yang kami rasakan dahulu.Â
Suasana nge teh bersama keluarga menjadi ajang untuk merekatkan satu sama lain. Sebab dahulu sangat jarang untuk berbicara dan duduk bersama dengan orang tua tanpa dipanggil atau disapa dahuluan. Suasana nge teh inilah yang menjadi ingatan bagi saya pribadi sebagai orang kampung dan belum tersentuh teknologi saat itu. Semoga suasana demikian dapat tercipta kembali dalam nuansa berbeda atau dengan timing yang tepat agar saling merekatkan hubungan dalam keluarga itu sangatlah penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H