Kubaca gerimis, pada alunan sayap kupu-kupu di helai daun bunga. Kepakan sayapnya begitu pelan, tak mematahkan tangkai, saripatih pun tak bersih dihisap kupu-kupu dari rombongan hutan wallacea.Â
Kubaca gerimis, pada helai daun talas, menetes tanpa bekas, daunnya tetap menghijau, air netes pun tetap jernih, tanah yang ditetesi pun tak berbekas.Â
Kubaca gerimis, pada lekukan cacing pagi di taman. Ia bergerak dari dalam tanah lalu menuju pada basahan gerimis, seakan berkoloni dengan semut-semut merah pun keluar dari tanah membaca basahan.Â
ada rahasia apa dikirim tuhan pada gerimis itu. aku hanya pinta memori indah itu bisa terulang kembali, prasangka masa lalu dihanyutkan salam gerimis pagi itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H