Program Donasi Buku Kompasiana untuk Taman Baca Pinjam Pustaka di Sorong Papua berjalan lancar. Program tersebut berkolaborasi dengan kompasianer selama ajang kompasianival 2024, tak kalah pentingnya juga bahwa pihak kompasiana mengajak kolaborasi beberapa komunitas kompasiana di seluruh Indonesia. Adapun yang terlibat aktif antara lain komunitas Kareba (Kompasianer Makassar), Komunitas Kompal (Kompasiana Palembang), Komunitas CAK AJI (Kompasiana Kompasiana Surabaya), dan demikian komunitas kompasiana area Jabodetabek .Â
Program donasi buku yang merupakan event Game Changer Kompasiana mengusung tema " Merawat Taman Baca, Menjaga Mimpi Tetap Menyala". Koleksi buku buku dengan memfokuskan pada bacaan anak usia sekolah atau klaster anak-anak hingga remaja tentu sangat berdampak dalam kemajuan literasi suatu daerah. Demikian pemajuan literasi, pendidikan, dan kebudayaan Nusantara di tanah Papua. Para anak-anak dan remaja yang tergabung di dalam komunitas Pinjam Pustaka akan merasakan dampak dari program literasi serta buku-buku yang berkualitas yang mereka baca dapat membangun motivasi serta mimpi-mimpi. Olehnya itu program pemajuan literasi sangat penting, tak salah jika kompasiana mengusung program berbagi donasi buku untuk merawat taman baca dan menjaga mimpi-mimpi generasi tetap menyala.Â
"Sebagai bagian dari komunitas kompasianer yang terlibat di dalamnya cukup bangga dan merasa bahagia bisa berbagi. Saya senang bisa memediasi program tersebut dari kompaianer di Kota Makassar, dari sahabat literasi dan mahasiswa di Universitas Islam Makassar yang turut membantu saya mengorganisir donatur buku. Dari awal Oktober hingga saat ini di awal November diadakan sosialisasi baik melalui medsos, dan flier di kampus serta di grup WA. Selanjutnya diadakan pengumpulan buku, pengimputan dan sortir, hingga packing dan distribusi. Kami dari komunitas Kareba akan terus membantu menggerakkan literasi demi pemajuan bangsa."
Hadirnya buku-buku berkualitas dapat menambah wawasan pembaca. Satu hingga dua buku yang inspiratif kita baca, akan dapat mengubah diri kita seketika. Membaca buku dapat mempengaruhi pola pikir secara holistik, yang berbeda dengan budaya lisan bertutur (saling nasehat menasehati) bahwa akan mudah dilupa. Tetapi berbeda dengan membaca buku, bahwa ada semacam dialog dengan penulis, penulis pun sebagian saat menulis seakan membayangkan pembaca bahwa bukunya kelak berada di hadapan orang tepat. Buku yang ditulis penulis melalui proses riset (baik riset lapangan maupun sederhana) kemudian dilakukan proofreading, editing hingga pencetakan. Tidak semudah itu buku ada di hadapan pembaca. Para pencinta literasi akan paham proses-proses kreatif dalam pembangunan literasi melalui buku, meski di era saat ini sangat sulit mempengaruhi pembaca awam atas gandrungan teknologi komunikasi. Namun atas buku-buku di hadapan pembaca ada cerita cinta yang dibagi penulis, jikalau ada hal buruk tentu sebagai warning agar kita hindari, jikalau ada hal baik maka jadikanlah itu kisah cinta yang menarik, jangan berhenti di tangan kita cinta tersebut, terus berbagi. Salam Literasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H