Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersama Melvil Dewey di Hari Kunjungan Perpustakaan Nasional 2024

17 September 2024   20:29 Diperbarui: 17 September 2024   20:37 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Melvil Dewey, dokumentasi penulis di perpustakaan UGM /dok. pri

Bersama Melvil Dewey di Hari  Kunjungan Perpustakaan Nasional 2024

"Raih Sukses Masa Depanmu dengan Menjelajahi Ilmu Pengetahun Melalui Gerbang Perpustakaan"

Sebuah pesan ditulis tangan oleh salah satu pemilik poster tentang Petualangan Melvil Dewey Menjelajahi Budaya Nusantara. Pengirim poster menitip pesan kiranya para pembaca dan yang melihat poster tersebut agar terus berjuang dalam meraih masa depan di usia muda. Ia dengan tegas menawarkan bahwa gerbang kesuksesan melalui perpustakaan. Ada apa dengan perpustkaan? Kenapa harus dengan perpustakaan? Bukankah di era digital saat ini semuanya sudah bisa diakses hanya dengan satu jempol dan atau satu telunjuk.

Ada hal penting menurut pak Bambang pemilik poster petualangan Melvil Dewey tersebut. Terlebih amanatya ada isitilah gerbang perpustakaan. Sebagaimana diketahui bahwa gerbang perpustkaan tidak lain sebagai gerbang ilmu pengetahuan di masa lalu, masa kini dan juga masa yang akan datang. Semua ada di dalamnya, kita tinggal menemukan salah satu gerbang yang cocok untuk diri kita sebagai bekal pengetahuan.

Perpustakaan yang kita kenal saat ini pula tidak lepas dari peran dari tokoh pustakawan kenamaan yakni Melvil Dewey (1851-1931). Namanya sangat familiar di mata pustakawan sebab ia pertamakali membuat klasifikasi decimal yang lazim disebut dengan istilah DDC atau Dewey Decimal Classification. Sitem klasifikasi perpustakaan tersebut kini sangat kontributif atas pengembangan perpustakaan, arsip dan literasi.

Perpustakaan kini hadir di setiap perguruan tinggi, di balai bahasa, di kantor pemerintahan. Bahkan perpustakaan terkadang terbangun dengan sendirinya oleh tangan-tangan pemustaka yang kita sebut sebagai perpustakaan swasta. Bagi penikmat buku-buku dan orang yang gemar memburu buku-buku bacaan tentu kedua jenis tersebut tidaklah masalah baginya. Buku hadir di mata pembaca tanpa peduli dari mana buku tersebut dipustakakan.

Dengan giat para pemustaka, kegigihan pembaca, selanjutnya akan lahir penutur dan penulis. Ilmu kemudian terus berdialektika dan bertransformasi dari tangan yang satu ke tangan lainnya. Buku kemudian pula menjadi azimat bagi kedua karakter tersebut di atas penulis dan pembaca yang dijembatani oleh perpustakaan. Terkadang ada dialog keduanya yang terbangun, dialog lisan secara tersier namun melampauhi zaman.

Hadirnya pengklasifikasian buku-buku di perpustakaan turut membantu kita, generasi saat ini. Dengan mudahnya kita menuju ruang sosial, ruang fiksi, ruang pendidikan tanpa harus menghabiskan waktu mencari buku yang mana dan buku seperti apa yang kita butuhkan. Demikian pengklasifikasian secara online sangat membantu pencari referensi secara cepat dan tepat. Dengan teknologisasi bacaan pula dapat mengefisienkan kehidupan kita yang dimana manusia se era dengan kita ingin terus dilayani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun