Dari kamus kecil yang kau tulis kami belajar bahasa Indonesia, sehingga lahir puisi liar.Â
Dari celana yang kau sulam, kami belajar tidak kencing berdiri di toilet umum.
Dari contoh keluarga Khong Guan yang kau agungkan, kami belajar makan bersama dengan keluarga.Â
Kau selalu jujur, bahkan terlalu jujur dan lugu sehingga tak ada asuh di antara kita, tak ada cinta yang tersimpan dibekas gelas kopi yang kita minum di angkringan.Â
Kau benar puisi yang asuh JokpinÂ
Kini kau telah sampai di rumah tuhan yang sering kamu telpon tiap hari lewat ponselmu yang terlalu sibuk itu.Â
Kau benar puisi di mata penyair. Kau adakah syair dari puisi yang belum sempat ditulis oleh kaummu karena asyik latihan tidur semalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H