Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dendam

17 Desember 2023   22:15 Diperbarui: 18 Desember 2023   06:56 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dendam

Para peminum kopi di kedai itu tiba-tiba terdiam sejenak. Pembicaraan hangat tentang pilpres seakan usai meski belum dimulai. Semua orang tua yang duduk langsung diborgol oleh kawanan polisi. Mereka datang dari berbagai arah secara tiba-tiba. Tanpa kata-kata, tanpa aba-aba, langsung menangkap siapa saja yang ada di kedai itu.

"Bukan aku komandan! Seru suami Maisurah". 

"Komandan, barusan aku minum kopi bersamamu, bahkan hampir tiap pagi, bahkan lebih sering aku yang bayar, masih saja kau tak percaya padaku. Komandan!"

Komandan Tedi tak perduli dengan pernyataan suami Maisurah. Ia bersama rekannya memborgol semua peminum kopi di pagi itu. Ada yang merasa lega atas penangkapan itu agar tidak ditagih oleh ibu Maisurah dan tidak didatangi rentenir koperasi Bunga Asri yang setiap pagi sore harus mengabsen semua pelanggannya. 

Tentu debt collector takut menagihnya di kantor polisi. Mereka takut dengan polisi, sebab rekan-rekannya sering ditangkap lantaran memukuli pelanggan yang malas bayar, lalu mereka dilaporkan ke pihak berwajib.

Maisurah pemilik kedai roti dan kopi itu harus kehilangan pelanggan entah berapa hari. Pasalnya semua pelanggannya di hari itu tiba-tiba saja diangkut oleh polisi layaknya para bencong yang ngamen di taman makam pahlawan diangkut satpol secara paksa lantaran mengganggu ketertiban umum. 

Entah siapa yang melakukan pembunuhan sadis itu. Siapa gerangan yang tega membunuh dua orang sekaligus. Sementara rumah mewah itu dipenuhi CCTV, anjing pelacak, security dan juga para peronda, termasuk Maisurah dan suaminya yang tak pernah lepas dari pandangan orang-orang lalu lalang depan kedainya yang juga berhadapan dengan rumah mewah itu. 

Kedai Roti dan Kopi Maisurah adalah kedai kesukaan para peronda, para pelamun, para penikmat kopi dan juga para makelar politik. Mungkin saja juga terdapat beberapa debt collector yang sering mampir ngopi, tapi tidak seintens dengan para penikmat gosip warung kopi lainnya. 

Sejak pembunuhan sadis itu, rumah mewah itu langsung angker. Para anjing pelacak tiba-tiba berlari ke hutan arah Utara kota, security tiba-tiba mengundurkan diri setelah mereka bebas dari interogasi polisi, demikian cctv membuktikan dengan baik bahwa yang lalu lalang di rumah mewah itu hanya orang dalam. Lalu siapa pelakunya?

Polisi pun terus berupaya mengungkap kebenaran. Pa Tedi dan kawan-kawan terus menginterogasi para peminum kopi. Mereka melayani peminum kopi dengan baik, bahkan kabarnya kemarin bahwa kedai kopi Maisurah akan dipindahkan sementara waktu di dekat polres Belanga. Saat meminum kopi buatan Maisurah pastinya otak mereka akan encer. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun