Baru kali ini mengenal dan paham siapa sebenarnya Karaeng Pattingaloang setelah diundang hadir dalam FGD Inventarisasi/ Regeistrasi Museum Karaeng Pattingaloang, Jumat 1 Desember 2023 di Gedung Mulo Makassar.Â
Dalam acara FGD tersebut seorang remaja mengarahkan peserta untuk ikut tertib lalu seseorang dari mereka membacakan riwayat Kareang Pattingaloang. Sebagai orang yang terjun dalam dunia pendidikan, sangat memprihatinkan bagi diri saya yang kurang literasi tentang keberadaan serta sepak terjang Karaeng Pattingaloang.
Tampak narasumber dari ahli per-museuman atau dari bidang ilmu arkeologi, turut mengantar pemahaman peserta yang hadir. Namun tidak ada kata terlambat kataku dalam hati, demikian pemaparan salah satu narasumber bahwa mempelajari sejarah dan peninggalan di masa lampau amat penting bagi generasi saat ini.Â
Salah seorang narasumber yang terakhir, tampaknya ia berumur 35 tahunan dan berlagak magister luar negeri. Pasalnya ia menyampaikan pengalamannya bahwa di luar sana, Karaeng Pattingaloang sangat dikenal luas oleh kalangan ilmuan dan saudagar. Sehingga sebagai generasi saat ini penting untuk memperkenalkan atau mengunjungi museum yang ada di sekitar kita, pasalnya di sana ada petunjuk tentang museum dan artefak di dalamnya. Bahkan ia juga berbagi pengalaman saat berkunjung ke museum di luar negeri bahwa museum di luar negeri begitu canggih. Segala artefak ditampilkan dengan berbagai dimensi serta keterangan kecerdasan buatan. Demikian, ia juga menambahkan bahwa museum di luar negeri khususnya negara maju, telah disedikan robot khusus untuk melayani pengunjung museum.
Saya dan kawan yang hadir tambah terkesimak saat salah seorang peserta mengajungkan tangan pertanda ingin bertanya atau sharing tentang pengalamannya mengunjungi museum. Seorang netra yang tidak memiliki indra penghilatan yang cukup namun ia telah membaca beberapa buku bersejarah di Nusantara kita ini yang bagian terpenting dari tokoh-tokoh nasional yang telah dibuatkan museum masing-masing. Sebut misalnya kerajaan Majapahit, ia mampu menjelaskan pengalaman membacanya. Ia mengatakan bahwa tokoh-tokoh dalam buku sejarah tersebut sangat luar biasa dalam mempertahankan nusantara ini dan mempertahankan rakyatnya. Ditambah lagi saat ia berbagi pengalaman saat membaca buku sejarah Sulawesi Selatan bahwa beberapa buku tidak atau belum memiliki kualitas yang baik sebagai representasi pengetahuan generasi kita. Apalagi buku-buku tersebut akan disimpan di perpustakaan arsip atau di dalam museum. Sebut salah satunya karya Leonard Y Andaya yang berceritera tentang perang Makassar pada jamannya.
Dari pengalaman mengikuti FGD yang berlangsung sehari tersebut sunggu membuat saya termotivasi untuk membaca lebih banyak referensi dan membaca lebih cerdas seperti yang disebutkan oleh kawan tadi. Mereka memiliki keterbatasan tetapi tingkat literasinya sangat luar biasa.
Sembari menyimak materi narasumber, beberapa bacaan yang simpan saya arsipkan tentunya. Salah satunya adalah biografi Karaeng Pattingaloang. Di beberapa referensi disebutkan ia merupakan Karaeng Pattingaloang III dari kerajaan Gowa-Tallo (1641-1654).Â
Ia bernama Sultan Mahmud, seorang putra dari Permaisuri I Wara' Karaeng Lembapanga dan Karaeng Matoaya. Ia dikenal sebagai raja islam pertama Tallo. Ia sangat tersohor di Eropa dan Asia Tenggara lantaran keterkarikannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia juga menguasai berbagai bahasa, sehingga sering berkomunikasi langsung dengan saudagar yang datang ke Makassar pada era tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H