sejak kecil tanda kelaki-lakianku muncul dalam tubuhku, nama laki-laki pun melekat terlihat di diriku. simbol laki-lakianku adalah dari baju dan celana yang ibu kenakan kepadaku saat bayi, kata ga.vae di dinding. di sekolah tempat kami diajari bernyanyi dan memanggil puang kepada ibu guru pun dikelompokkan, aku berada pada anak-anak yang bercelana pendek bukan rok mini.Â
seorang dokter anak di kampung, membuatku malu, mungkin saja ia orang kedua di dunia ini yang memastikan jika aku benar laki -laki.
seorang gadis saat usia remaja yang membuat aku jatuh cinta kepadanya, mungkin saja ia orang ketiga yang turut memanggilku dengan kekasih.
hingga suatu pagi di taman, sepasang anak kecil berjenis kelamin laki-laki dan perempuan menyapaku ayah dengan keras saat ia sedang terjerat kerikil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H