Aku adalah pohon, tanyanya kepada musim.
Aku adalah hijau, demi bertahan hidup untuk kehidupan.
Aku adalah puisi, yang selalu ingin dibaca. Di dalamnya ada diksi, akar, tubuh, rantai, tangkai, buah, dan udara.
Dibaca dengan rasa, agar sampai, pesan alam kepada manusia, pesan tuhan kepada hamba.Â
Aku akan tetap jadi pohon selama bumi itu ada, aku akan tetap menjadi nama itu meski lainnya berubah kepadaku.
Demikian aku tetap diberi nama pohon meski musim tetap silih berganti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!