Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Beranda Rumah

28 September 2023   21:05 Diperbarui: 28 September 2023   21:25 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beranda rumah pondok hijau, dokumentasi penulis 

Beranda rumah dipercaya akan memberi banyak manfaat. Selain yang disebutkan tadi untuk menghalau marabahaya juga untuk keberkahan. 

*** 

Sum-sum kembali bergegas ke sumur untuk mandi sore lalu ke surau. Ia sangat terharu hari ini melihat ayah ibunya tersenyum saat ia melewati beranda rumahnya. Ia layaknya tamu di rumah sendiri. Ia dijamu oleh ayahnya dengan senyum manis. Ia disapu bahunya oleh ibunya. Dengan perlakuan itu ia layaknya dijamu makanan lezat yang tak pernah ia lihat secara langsung.

Sepertinya kedua orang tua itu sedang mengenang nasehat terus mereka bahwa sambutlah yang datang, siapa pun itu. Di mulai engkau perlakuan mereka di beranda rumah. Jika ada hal buruk yang ia bawa maka gugurlah keburukan itu apabila engkau sambut dengan baik. Terlebih jika memang kebaikan yang mereka bawa, maka berlipat gandalah kebaikan itu yang dirasakan kedua belah pihak. 

Adzan magrib terdengar di surau dari arah Selatan Belanga. Ayah Sum - sum nampak sedih kembali lantaran ia sangat merindukan suasana sore di beranda rumahnya. Sudah puluhan tahun dengan kebersamaan kekasihnya tak pernah sebahagia itu hari ini. Anggur cap orang tuanya pun sisa 1 dliki dan cerutunya sisa sebatang. Dari belakang kekasihnya memeluk tanpa ragu. Seakan ada maklumat jikalau tak Ingin marah lagi ke anak mereka.

*

Ingatan sum-sum akan membekas dihatinya. Ia berharap luka bathinnya akan terobati dan kedua orang tuanya tak akan menyakitinya lagi. Terlebih ayahnya yang selalu membandingkannya dengan anak Sepupu nya yang sudah sejak orok kaya raya. Memang dari dulu mereka sekeluarga berteman dengan Belanda. Rumah mereka pun tak pernah diganggu oleh kelompok siapa pun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun