Beberapa tahun silam sebut saja di tahun 1990an, aku bersama rekan melakukan pertemuan di sebuah hotel di Kota M. Hotel tersebut berinisial S, tepatnya berada di pusat perkotaan. Meski hotel tersebut bukan merupakan hotel paling elit dan juga bukan pula paling murah namun sangat disukai oleh wisatawan asing yang berkunjung ke kota Makassar.Â
Entah akses, makanan,fasilitas hotel atau pelayanannya sehingga tak tanggung-tanggung penghuni hotel sangat menyukainya. Sebut Mr. Av merupakan salah satu relawan tentara Rusia yang sedang ditugaskan di kota Makassar mengurusi pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia. Pesawat tempur tersebut tentu membutuhkan tenaga ahli untuk pengoperasian, perawatan serta hal teknis lainnya yang dibutuhkan oleh tentara kita sewaktu waktu ada kendala. Sebab petunjuk teknis pesawat tersebut menggunakan bahasa Rusia. Sementara kita masih terbatas dengan bahasa tersebut dan berbeda dengan bahasa Inggris atau bahasa Belanda di mana nenek moyang kita sedikit meninggalkan bekas dalam bahasa Belanda.
Setiap malam ia sedang kesepian di hotel S tersebut yang berlangsung bertahun-tahun lamanya. Sejak ia ditugaskan di Makassar pula, langkahnya pun terbatas yakni di armada pesawat dan restoran serta di hotel. Ia tak bisa kemana-mana, sebab petugas di hotel yang paham bahasa Inggris tidak diperkenankan meninggalkan hotel, Â sebab mereka karyawan hotel bukan free lancer yang mengurusi tamu hotel. Sebaliknya Mr Av juga tidak membayar lebih untuk fasilitasi pendampingannya selama di kota M. Ia memilih bernavigasi sendiri, kadang kaku, kadang bisu, kadang pula linglung. Sebaliknya lawan bicaranya pun terkadang mengalami hal yang sama.Â
Di sebuah malam yang dingin, di awal penghujan di kota M. Di mana angin timur laut dan selatan silih berganti datang menghampiri bagi siapa saja yang menyendiri di luar kamar. Tak terkecuali Mr. AV yang sudah terbiasa dengan cuaca dingin di negaranya namun dingin dengan salju sedikit berbeda dengan dingin Sepoi kota Anging Mammiri tersebut. Ada rindu yang dihempaskan oleh dinginnya kota M.Â
Para pelayan di hotel S sempat kaget demikian para pengunjung yang mondar mandir bersama pasangan. Di sudut kolam selepas ia main bilyard tubuhnya kaku, entah ia ingin apa tak bisa bicara kecuali dengan bahasanya sendiri. Orang di sekeliling menyebutnya ia mengigau sebab suara yang keluar dari mulut dari si AV adalah bahasa Rusia yang tak satupun dari orang di kira M mengerti apalagi memahami. Dokter yang ditugaskan di hotel S tersebut sedang off dan hanya satu dokter yang bertugas sebab RS di sekitar hotel cukup banyak. Namun karena para pelayan hotel sedang panik akhirnya ia mendatangkan seorang dukun.Â
Dukun yang merasa dirinya professional di bidangnya tentu percaya dirinya semakin tinggi apalagi dengan budget hotel yang dijanjikan pun terbilang tinggi. Mantra-mantra nya dibaca dengan bahasa langitan yang tak diketahui oleh siapapun di hotel itu. Sambil membaca mantra ia menulis nota dengan pesanan dua gelas sarabba susu telur. Sarabba dikenal dengan khasiat busa menetralisir suhu tubuh sebab kandungan jahe beserta susu dan kuning telur sebagai penambah energi. Satu untuk pasien satu pula untuk dirinya. Karena Mr AV cukup takut atas keanehan dari si dukung ia minum saja. Ia milih minum saja sebab cukup alergi disentuh oleh si dukun yang menurutnya sangat konyol.Â
Mr AV pada dasarnya ingin bicara tapi entah dengan siapa. Andai saja di era saat ini kasus demikian terjadi maka bisa di terjemahkan dengan google terjemahan. Hanya saja fasilitas saat itu belum memadai. Bahkan bahasa Inggris Mr AV hanya untuk pesan makanan dengan cara nunjuk itu dan nunjuk ini. Â
Aku yang juga ikut menyaksikan peristiwa di malam itu juga merasa heran. Ada apa dengan Mr AV dan apa pula yang diucapkan di dukun. Namun petugas hotel S tak ingin pusing asal Mr AV bisa pulih kembali dari kelakuan atau ke kejangannya. Bisa saja ia rindu dengan kentang, atau ia rindu dengan roti ataukah ia rindu dengan pelukan kekasihnya yang sudah puluhan tahun berpisah lantaran kerjaan.Â
Malam semakin larut, dingin pantai Losari menghempas terus dari selatan hotel. Â Tubuh si AV semakin kejang. Dokter panggilan belum datang, bisa saja tak ingin cedera atas cuaca dingin malam itu. Si dukun tak henti hentinya membaca mantra sembari menulis nota pesanan tambahan dengan minuman yang sama yakni Sarabba disertai cemilan yakni pisang goreng dan donat. Keduanya terlihat rakus baik Mr AV maupun si dukun. Dua tiga porsi dihabisinya, tubuhnya kembali pulih. Dokter beserta manager hotel pun datang bersamaan. Mereka cukup kaget dengan situasi itu yang tiba-tiba berubah dari bisu kembali jadi haru.Â
Si dukun tak peduli ia hanya butuh amplop . Sementara Mr AV hanya bisa melambai dengan arti terima kasih. Sang pemilik hotel lalu berandai jika saja kita bisa jadi Interpreter polyglot seperti dukun tadi kita tak perlu panik dan keluarkan duit.