Meningkatnya pengguna media sosial Indonesia dari tahun ke tahun memiliki berbagai kemudahan pada aspek tertentu. Misalnya para pelaku usaha hanya sekali melakukan promosi dan unggahan tersebut tersimpan lama bahkan dapat dilihat oleh siapa saja selama akun tersebut bukan merupakan akun private. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa beriklan di media sosial merupakan upaya beriklan seumur hidup. Olehnya itu akun media sosial kita bisa saja menjadi etalase yang menggambarkan siapa diri kita.
Namun maraknya tindakan penipuan digital saat ini yang cukup meresahkan warga net. Bahkan tidak sedikit di antaranya sudah menjadi korban penipuan melalui permintaan berupa pulsa dan uang melalui perpesanan langsung mengatasnamakan orang tertentu yang dianggap merupakan circle dari pengguna yang diretas. Seperti yang terjadi pada akun tokoh publik pada Instagram pekan ini sedang diretas oleh seseorang dan digunakan untuk melakukan permintaan berupa uang. Siapapun pasti percaya bahwa akun tersebut betul merupakan pengguna yang bersangkutan dan tidak biasanya melakukan penipuan. Namun karena diretas sehingga pengguna asli tidak dapat melakukan akses apa-apa kecuali membuka akun baru kemudian menyebarluaskan atas kondisi akunnya yang tidak bisa direbut kembali.
Ketika peselancar pada media sosial tentu sudah mengenali siapa saja yang sering berinteraksi akun tertentu dengan akun lainnya. Misalnya si A mengunggah iklan maka orang-orang dekat mereka akan mengapresiasi berupa memberikan tanda like, komentar atau membagikan unggahan tersebut. Dari sini para peretas mengintai akun yang dianggap dapat memberikan pengaruh besar ketika melakukan interaksi dengan audiens.Â
Para peretas akun di media sosial bisa saja berselancar di media sosial dengan akun palsu atau fake account. Jika bukan untuk digunakan dalam hal negatif lalu untuk apa akun tersebut digunakan?
Sehingga bagi siapa saja pengguna media sosial baik yang merupakan tokoh publik dengan memiliki ribuan hingga jutaan pengikut maka sedianya berhati-hati. Sebab bisa saja akunnya akan menjadi incaran para peretas. Peretas bisa saja menggunakan akun tersebut untuk melakukan tindakan permintaan uang atau pulsa serta tindakan lainnya seperti menjual akun tersebut bagi pelaku usaha dengan dalih memudahkan promosi dan dapat meningkatkan jangkauan banyak audiens. Dalih lainnya digunakan untuk melakukan tindakan yang tidak sopan seperti berkomentar kotor, menghasut dan lain sebagainya. Tapi dalih yang terakhir ini sangat jarang terjadi melainkan dalih yang pertama dan yang kedua sering dilakukan oleh para peretas.
Selain pengguna dari kalangan tokoh publik sedianya pengguna yang umum lainnya juga perlu berhati-hati. Sebab kita bisa saja jadi incaran korban dari pelaku atas dasar merupakan bagian dari circle orang tertentu. Sehingga bagi siapapun pengguna media sosial sedianya mulai bijak menilai akun dan menjaga privasi akunnya demi meminimalisir tindakan penipuan digital oleh peselancar dengan pengguna akun palsu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H