Bahasa gaul dikenal dengan Bahasa Indonesia ragam santai atau ragam informal. Bahasa gaul tersebut muncul di era 19880an hingga kini masih eksis bahkan telah mendominasi komunikasi warganet pada berbagai platform media sosial. Dalam artian jauh sebelum hadirnya media sosial bahwa bahasa gaul sudah familiar di kalangan pemakainya. Kalangan pemakai bahasa gaul tersebut tidak terlepas dari peran generasi pada zaman tersebut. Â
Persebaran bahasa gaul atau bahasa prokem dari awal kemunculanya adalah di tempat nongkrong para remaja termasuk pada kalangan anak Jakarta Selatan (Jaksel). Remaja anak Jaksel tersebut, sebagian di antaranya merupakan aktor atau figuran kemudian masuk Tivi. Bahasa gaul yang digunakan mereka kemudian diadopsi oleh kalangan remaja pula yang suka nongkrong di pinggir jalan atau di cafe-cafe. Selain itu pula persebaran bahasa gaul yakni di lingkungan pendidikan baik level Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun di perguruan tinggi.Â
Namun persebaran bahasa gaul begitu cepat sejak awal kemunculan gawai yang dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi seperti telponan dan juga perpesanan atau SMS (Short Message Service). Seiring perjalanan waktu dan perkembangan platform media sosial menjadi wadah persebaran penggunaan bahasa yang begitu cepat.Â
Dalam setiap harinya terdapat bahasa baru yang lahir dari kalangan remaja. Seperti baper berarti bawa perasaan, gaje berarti gak jelas, skuy merupakan kata terbalik dari yuks  berupa ajakan, dan sebagainya. Bahasa gaul tersebut merupakan cerminan dari pergaulan para remaja.
Beberapa faktor penyebab adanya dominasi penggunaan bahasa gaul pada media sosial yakni adanya kecenderungan warganet dari komunikasi secara konvensional hingga komunikasi secara daring. Komunikasi tatap muka yang dilakukan oleh masyarakat atau komunitas tertentu berlanjut atau terbawa hingga dalam situasi komunikasi daring.Â
Faktor kedua adalah adanya bawaan bahasa teknologi komunikasi. Hal ini juga sudah diakui oleh pakar linguistik seperti David Crystal dalam bukunya bahasa internet (2006) menjelaskan bahwa banyak pengaruh teknologi turut mempengaruhi bahasa internet termasuk dalam peristilahan dan sebagainya.
Faktor ketiga adalah adanya perkembangan bahasa itu sendiri bahwa dalam penggunaanya sudah saling campur antara bahasa yang satu dengan bahasa lain. Dalam artian terkadang dalam praktek penggunaannya terdapat adaptasi bahasa, serapan atau peminjaman dari bahasa sumber ke bahasa target atau sebaliknya.Â
Contoh penggunaan bahasa gaul dalam situasi ini yakni sapaan "halo guys" dalam Bahasa Inggris yang berarti teman. Faktor keempat adalah adanya dominasi remaja sebagai pengguna aktif media sosial dari berbagai platform.
Pada akhirnya para generasi milenial dan generasi Z mendominasi komunikasi di media sosial tertentu seperti di Instagram. Sebab pada tiap palttform media sosial terdapat karakteristik perbedaan pengguna aktif. Seperti di Twitter sedikit lebih imiah dibanding Facebook. Namun keduanya juga terdapat hal-hal tertentu didominasi oleh para remaja. Faktor keempat ini dapat menjadi faktor utama dalam situasi komunikasi daring yang pada akhirnya penggunaan bahasa gaul
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H