Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjamurnya Kuliner Khas Korea di Makassar Menambah Referensi Kuliner dan Perkembangan Bahasa

15 Mei 2023   21:55 Diperbarui: 15 Mei 2023   22:03 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Restoran Auce Kongkow, sumber FB Auce Kongkow 

Kuliner khas Korea Selatan yang kini sudah mewarnai per-kuliner-an di kota Makassar tutut menambah referensi wisata kuliner saat weekend atau di jam macet. Sebab di kota Makassar dikenal dengan tradisi macetnya di jam kantor sehingga salah satu pelarian dari hiruk pikuk macet adalah kulineran. Tak heran jika di bahu jalan sepanjang jalan protokol baik dengan ruko, tenda coto (tenda biru) maupun rest area. Nah beberapa rest area di tengah kota kuliner khas Korea Selatan tutut berjejer di sepanjang jalan protokol tersebut, terlihat dari papan ucapan selamat yang setiap hari berseliweran dengan karangan bunga bertuliskan selamat atas grand opening rumah makan atau restoran khas AUCE/ AYCE, BBQ, SIMHAE, GAEMBUL, dan sebagainya.

Hadirnya kuliner khas Korea Selatan tersebut turut menambah referensi ngedate, mabar (makan bareng) ataupun makan bersama dengan pasangan. Pasalnya model promosi yang dilayangkan pengelola kuliner tersebut demikian halnya mengajak pelanggan seakan makan bersama, makan berempat atau makan berdua dengan pasangan hingga makan gratis dengan membawa kartu kredit bank tertentu yang telah bekerja sama dengannya. Sebut misalnya AUCE/ AYCE yang merupakan akronim dari all you can eat dan dapat dimaknai dengan makan sepuasnya dengan syarat waktu 60 menit serta tidak boleh ada sisa. Jika ditemukan ada sisa maka akan didenda misalnya 50 ribu/ gram. Selanjutnya promosi makan berempat hanya bayar sekian, ini menandakan konsep resto dan layanan makanan Korea Selatan mengajak pelanggan untuk makan bersama. Memang sih tidak nyaman makan sendiri, sebab ada beberapa alat panggang atau alat penghangat makanan lainnya perlu saling belajar, jika makan sendiri kelihatan katronya kita. Demikian beberapa promosi makanan yang juga menawarkan makan bersama pasangan sebut misalnya paket couple atau ladies hour. Di sini tanpa bersama pasangan atau membawa istri maka tidak diberlakukan potongan harga.

Banyak referensi layanan kuliner kekinian dengan hadirnya restoran Korea Selatan di beberapa kota di Indonesia termasuk di kota kami di Makassar. Selain itu pula dari percakapan partisipan atas layangan promosi makanan restoran khas Korea Selatan melalu media sosial juga turut berkontribusi terhadap perkembangan suatu bahasa. Banyak partisipan sering saling menyapa dengan istilah bahasa Korea Selatan misalnya "Annyeong" yang bermakna sapaan seperti say hello, demikian ungkapan luar biasa terhadap layanan atau makanan tertentu dengan kata "Daebak". Selain istilah dalam bahasa Korea Selatan tersebut beberapa bahasa baru yang muncul atas perkawinan bahasa lokal di Kota Makkassar dengan bahasa Indonesia dan bahasa Asing lainnya. Sebut salah satunya saya butuh mau paket all you can eat daeng, ini paket couple toh. Penggunaan dialek Melayu Makassar dengan penggabungan istilah bahasa asing tersbeut yang juga merupakan istilah layanan restoran menandakan adanya perkembangan kebahasaan. Meski di sisi lain terdapat kesalahan berbahasa atau interferensi baik secara gramatikal maupun semantis, namun dalam sisi positifnya terdapat antusiasme berbahasa para generasi kita di era multikuralisme saat ini.

Demikian istilah dalam layanan restoran yang turut mewarnai perkembangan bahasa asing pagi partisipan antara lain self pick up (ambil sendiri), BBQ (barbekyu atau makanan dengan pengolahan alat pembakaran), home delivery (pengantaran paket makanan di rumah pelanggan), home service (berarti layanan restoran di rumah kita dengan membawa serta peralatan), PO (dalam artian sistem pra pesan makanan, atau pesan dulu baru tersedia), dan sebagainya. Penggunaan bahasa dalam layanan restoran atau rumah makan tersebut menandai adanya perkembangan bahasa yang berangkat dari ranah kuliner hingga ranah lain yang terkait. Sehingga generasi ke depan akan mengkonsumsi beragam bahasa dalam satu peristiwa tuturan. Generasi kita seakan merasakan berada dalam dunia drama korea sembari menikmati kuliner tersebut. Demikian penggunaan istilah dalam ranah kuliner turut menjadi konsumsi mereka.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun