Membaca buku lawas saat ramadan menjadi hobi baru saya. Ada beberapa sensasi yang mengantarkan saya untuk kembali membaca buku lawas di bulan ramadan antara lain informasi yang disampaikan oleh penulis sangat menarik dan pada umumnya berkaitan dengan sejarah, mudah dicerna, serta saya banyak belajar pola menulis dengan gaya lama. Buku lawas tidak mesti dikubur begitu saja apalagi ditimbang ke pembeli barang bekas, sungguh sayang.Â
Saat ramadan tiba, apalagi di akhir ramadan seakan mengajak saya bernostalgia di rumah tua. Saya mudik ke kampung sekaligus mencicipi beberapa buku lawas di rak buku. Buku telah menyelamatkan saya dari ngantuk di saat sahur serta mengantar saya menjelang berbuka puasa hingga menjelang tidur. Bukan berarti bahwa ibadah disepelekan. Tetapi yang namanya hobi tentu memberi kita sesuatu yang berarti. Mengalihkan diri kita dari hal-hal yang membosankan. Hobi membaca buku lawas telah menyelamatkan saya dari dunia media sosial. Saat memegang handphone dan mengutak-atik akun media sosial saya bahwa tak terasa saya telah menghabiskan waktu berjam-jam.Â
Selama ramadan, buku-buku tak pernah jauh dari tangan. Di sudut kamar, di ruang tamu, di teras, dan sebagainya. Buku-buku tersebut sengaja saya letakkan agar dapat saya jangkau. Tak terkecuali menyiapkan catatan kecil untuk sekedar mencatat beberapa nama kota, amanat, tahun peristiwa dan sebagainya. Buku-buku tersebut seakan menjadi teman setia yang selalu jujur bercerita di kesunyian, di kala hening tiba dan di saat itu pula inspirasi-inspirasi akan muncul.
Buku-buku lawas yang saya baca tentu buku-buku pilihan. Saya mencoba menghindarkan diri dari bacaan buku lawas yang sangat berat seperti buku kiri, pembantaian, dan buku-buku peperangan. Namun buku lawas yang saya baca adalah buku-buku ringan berupa catatan reportase dari penulis, autobiografi penulis, serta cerita-cerita di masa lalu. Selain jenis buku lawas tersebut tak sedikit di antaranya saya mencicipi buku-buku filsafat. Tentu kaitannya dengan ramadan yakni kita bisa mengenali Tuhan lebih dekat. Dengan ini pula ternyata dapat menambah wawasan ketuhanan kita serta memberi pengaruh cara berfikir kita.
Membaca buku lawas di waktu senggang selama ramadan memberi kedekatan tersendiri antara diri saya dan buku-buku. Saat seperti ini yang saya rindukan ketika mudik. Sebab saya dapat membongkar rak buku dan menemukan buku-buku lawas yang saya inginkan. Bukan sekedar hobi semata, melainkan membaca buku lawas telah membuka cakrawala saya. Saya seakan menyelami dunia-dunia lain, boleh dikata menyelam sambil minum air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H