Setiap hari libur tiba  anak-anak saya selalu bertanya kapan lagi kita nginap di hotel berbintang? Pertanyaan anak-anak tentu bermakna pragmatis yakni selain pertanyaan pada dasarnya juga berupa permintaan. Demikian anak-anak saya setiap melintasi hotel berbintang selalu saja menanyakan kapan lagi kita bisa nginap di hotel itu. Atau bahkan secara spontan berkata saya nanti kalau liburan ingin ke hotel bermalam.
Sensasi hotel berbintang di kota-kota memang sedikit berbeda. Sebab telah didesain untuk rileksasi sesaat bagi yang sedang berlibur dan menghindari kepenatan. Atau bahkan menjadi tempat melepas sedikit aktivitas rumah tangga yang semuanya serba dilakukan oleh istri atau ayah. Sehingga dengan nginap semalam dua malam di hotel sedikit merasa lega. Ditambah lagi dengan berbagai fasilitas baik di kamar dengan TV, kamar mandi dengan air panas, kolam renang, coffee break, paket sarapan, lunch dan dinner serta fasilitas olah raga dan paket hiburan lainnya.
Hotel berbintang seperti magnet bagi penikmat kesenangan semu tersebut. Tak bisa dipungkiri bahwa hotel memiliki tawaran yang patut dibayar si pelanggan. Olehnya itu bagi kami sekeluarga selalu menyisihkan dana dalam setahun untuk sekedar bermalam di hotel. Meski rumah kami dapat diakses sekitar sejam dua jam dari pusat kota, namun hotel selalu menjadi pilihan tempat menginap jika di waktu liburan.
Kebersamaan kami di hotel akan memberi makna keeratan antara suami, istri dan anak-anak. Sehingga kapan dan di mana pun selalu kami agendakan liburan di kota dan memilih nginap di hotel tertentu. Hotel menjadi salah satu pilihan bagi kami sekeluarga selain berkunjung ke rumah keluarga di kampung-kampung. Keduanya tidak bisa pula disandingkan satu sama lain. Sebab keduanya memiliki sensasi dan magnet berbeda. Di akhir liburan lebaran tentu menginap di hotel atau sekedar stay cation di hotel berbintang menjadi pilihan sebagai penawar rindu kami.
