Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Ngabuburit Tak Perlu Lari Terbirit-birit

30 Maret 2023   14:28 Diperbarui: 31 Maret 2023   00:06 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi balapan liar, sumber gambar: Fajar.co.id

Ngabuburit pada dasarnya merupakan aktivitas masyarakat Indonesia di bulan suci ramadan dalam menanti waktu berbuka puasa. Dalam kamus KBBI daring bahwa ngabuburit sama halnya dengan me-ngabuburit atau burit-burit yang berarti menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan. Aktivitas ini dilakukan oleh anak-anak agar tidak merasa capek, dan tidak terus menerus menanyakan kapan buka puasa tiba. Para orang tua yang mengajarkan anak-anak mereka dengan rentang usia 8 - 9 tahun, menciptakan berbagai cara agar anak mereka bisa puasa penuh. Untuk itu anak-anak tersebut diminta untuk ngabuburit dengan cara bermain di lapangan, menonton, atau jalan-jalan sore sembari menanti waktu berbuka puasa. Selain itu juga bahwa orang tua menciptakan kondisi di mana anak-anak tidak selalu menganggu pada saat orang tua menyiapkan menu buka puasa serta anak-anak tidak terkesan terburu-buru atau terbirit-birit mencari makanan ke sana ke mari. Sehingga segala sesuatunya telah disiapkan untuk anak mereka demi menyambut ibadah buka puasa tanpa harus duduk menunggu di dapur.

Seiring perjalanannya, ngabuburit dilakukan oleh para remaja, muda-mudi atau orang dewasa dengan cara mereka masing-masing. Para remaja dan orang dewasa yang sedang ngabuburit tidak lagi mendapat pendampingan dan arahan orang tua melainkan mereka melakukannya sendiri. Namun ada yang janggal dari aktivitas ini bahwa menjadi sesuatu hal negatif bagi sebagian daerah di Indonesia. Seperti haknya yang terjadi di Sulawesi Selatan, para remaja selalu ugal-ugalan ke sana ke mari dengan kendaraan roda dua di jalan raya. Mereka seperti kelompok pengendara atau geng motor. Mereka memaknai berbeda aktivitas ngabuburit ini dengan cara balapan di jalan raya sehingga mengganggu pengendara lain. Ada juga yang tidak balapan namun jika dilakukan dengan konvoi maka akan berdampak juga pada pengendara lain dan juga berdampak pada pengeluaran orang tua mereka sebab tiap hari mengeluarkan bensin untuk hal-hal yang kurang berfaedah.

Dalam situasi berbeda, sebut di awal ramadan 2023. Beberapa kelompok remaja di kota Makassar sedang tawuran menjelang buka puasa ramadan dan dilanjut di malam hari atau subuh hari. Di tempat terpisah pada hari ke lima ramadan di depan kompleks perumahan di Kabupaten Maros-Sulawesi Selatan sedang terjadi perang petasan. Dari peristiwa tersebut bukannya ngabuburit melainkan membuat sebagian dari mereka lari terbirit-birit. 

Peristiwa yang berbeda (beredar di media sosial Instagram dan Tiktok), beberapa kelompok orang tua di salah satu kompleks sedang melakukan sabung ayam. Terdengar isu tersebut dari petugas keamanan, maka aktivitas yang sudah sering diadakan bagi pecandunya menjelang buka puasa telah dibubarkan secara paksa. Semua peserta lari terbirit-birit, ada yang masuk di kandang, di WC, di dapur-dan di sawah serta di warung-warung demi sembunyi. Bukankah mereka lari terbirit-birit, bukannya ngabuburit bermakna sebagai ibadah jika kita mengisinya dengan hal positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun