Kebahagiaan adalah harapan bersama seluruh masyarakat dunia. Olehnya itu kebahagiaan merupakan sebuah konsep hidup yang cukup luas. Dalam artian tidak terbatas pada ukuran materi semata melainkan tentu dari aspek non materi yang tidak nampak dari pandangan kasat mata manusia lainnya sebagai individu di luar dari diri kita. Namun yang terpenting dari konsep kebahagiaan adalah apa yang tampak secara materil terkadang mencerminkan dari aspek non materi atau sebaliknya. Bahkan konsep kebahagiaan berbeda-beda berdasarkan kelompok suku tertentu khususnya bagi kita di Indonesia. Lalu seperti apa konsep kebahagiaan dari berbagai negara? negara mana paling bahagia dan negara paling tidak berbahagia di dunia?
Finlandia kembali menjadi negara terbahagia di dunia. Hasil survei The World Happiness Index pada tahun 2022 menempatkan negara Finlandia sebagai pemimpin klasemen negara terbahagia di dunia dengan indeks kebahagian mencapai 7,804. Dalam indeks tersebut, Finlandia berhasil mengalahkan kompetitornya yang setiap tahun membayanginya antara lain seperti Denmark, Swiss, Islandia, Belanda dan negara Eropa lainnya. Sementara negara Afganistan dinobatkan oleh PBB melalui lembaga pengindeksnya sebagai negara paling tidak bahagia di dunia dengan angka indeks hanya berada pada angka 1,859. Lalu posisi Indonesia di mana?
Negara Indonesia berada di posisi 80 sedikit naik dari tahun sebelumnya berada pada urutan 84 dari 194 negara. Pada tahun 2022/2023 Indonesia berada satu tingkat di bawah negara Malaysia yang di posisi 79. Apakah kita sudah puas dengan keberhasilan indeks tersebut yang semakin tahun naik bertahap atau ada sesuatu yang berbeda dengan negara lainnya di dunia. Atau apakah kenaikan peringkat tersebut merupakan capaian dari pemerintah Indonesia dalam menjalankan amanahnya? Sebelum membahas lebih jauh mari kita simak beberapa indikator kebahagian versi The World Happiness Index.
Adapun indeks kebahagiaan yang dilansir dari berbagai sumber setidaknya ada tiga antara lain pertama Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia). Sehingga kepuasaan hidup menjadi indikator utama dari konsep kebahagiaan dunia. Untuk apa ukuran kebahagiaan tersebut? Bahwa dengan mengetahui konsep dan indikator kebahagiaan dapat berdampak pada kebijakan pemerintah setiap negara. Sehingga konsep kebahagiaan lebih didasarkan pada arti evaluasi penduduk terhadap kondisi obyektif kehidupannya. Konsep kebahagiaan ini akan menjadi sebuah evaluasi terhadap kehidupan bermasyarakat kemudian menjadi sebagai bahan evaluasi subyektif terhadap kondisi faktual kehidupan secara keseluruhan atau aspek kehidupan tertentu yang dianggap prinsipil (Diener & Seligman, 2004; OECD, 2019).
Sementara dari perspektif psikologi bahwa indikator kebahagiaan memiliki makna dan cakupan yang tidak hanya terbatas pada evaluasi subyektif terhadap kondisi kehidupan yang menyenangkan dalam artian kepuasan hidup semata melainkan ada kondisi kehidupan yang baik. Â Selain itu yang terpenting dari kedua indikator itu menurut (Kapteyn dkk, 2004) adalah kondisi kehidupan yang bermakna (meaning full life), sehingga indikator kebahagiaan menurutnya merupakan ukuran yang menggambarkan tingkat kesejahteraan karena kebahagiaan merupakan refleksi dari tingkat kesejahteraan yang telah dicapai oleh setiap individu dan kelompok masyarakat.
Sementara dalam konsep kebahagiaan dalam perspektif Agama khususnya Islam sebagaimana disebutkan Ibnu Abbas RA cukup beragam. Konsep tersebut antara lain hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang barokah.
Dapat dikatakan bahwa konsep kebahagiaan dunia tidak serta merta menempatkan materi berupa harta benda semata sebagai indikator utama. Seperti negara Luksemburg yang merupakan negara terkaya di dunia berdasarkan PDB per kapita mencapai US$128,82 ribu. Namun dalam indeks kebahagiaan berada pada urutan ke 7 setelah Swiss dan Belanda. Sementara Negara termiskin di dunia ditempati oleh Burundi yang merupakan negara termiskin di dunia. Berdasarkan catatan detikcom, Burundi sendiri merupakan negara kecil yang terletak di benua Afrika di bagian timur. Namun dalam indeks kebahagiaan berada pada urutan 140 dari 150 negara. Melihat urutan kedua negara tersebut sehingga tidak menjadi persoalan dari angka penghasilan semata sebagai indikator kebahagiaan dunia melainkan terdapat aspek lain seperti spiritual, keluarga, lingkungan yang sehat dan pendidikan yang baik.
Melalui laman BPS disebutkan bahwa data dari indeks kebahagiaan negara di dunia itu berbeda. Seperti tahun 2021 data dari pengindeks PBB menyebutkan bahwa negara Guatemala dan Uruguay memiliki indeks kebahagiaan lebih tinggi dari Singapura yang sebenarnya memiliki PDB lebih tinggi dari kedua negara tersebut. PDB Singapura sebesar 390 miliar dollar AS sedangkan Guatemala sebesar 84,5 miliar dollar AS, dan Uruguay sebesar 56,7 miliar dollar AS. Data tersebut juga menunjukkan pembanding antara negara Luksemburg di atas dan negara Burundi tadi.
Seperti di negara kita bahwa dari data BPS menempatkan Aceh dan Sumatera Utara sebagai provinsi terbahagia di Indonesia. Kondisi tersebut tentu berbeda dengan provinsi dan pulau lainnya di Nusantara yang memiliki karakteristik geografis berbeda. Sehingga peran pengindeks kebahagiaan di negara kita tidak lain sebagai sebuah kajian untuk kebijakan strategis dalam pembangunan sumber daya berkelanjutan atau bahasa kerennya adalah untuk sebuah kebijakan publik dan pembangunan nasional.
Namun dari semua indikator tentu tetap mengacu pada kepuasan hidup yang menjadi utama dari indikator lain. Lalu apakah kita dengan berpuas diri sudah dianggap bahagia? Tentu tidak semuda itu sebab akan diukur dari indikator lainnya untuk melihat kepuasan tersebut dari berbagai perspektif baik dari belanja secara ekonomis dalam kehidupan sehari hari maupun dari perspektif psikologis dan agamais.