Suasana bahagia adalah ketika kita bisa berkumpul bersama keluarga yang kita cintai dan sayangi. Harapan itu tentu harapan semua orang pada umumnya untuk berkumpul bersama dengan keluarga pada momen-momen tertentu.Â
Terlebih dalam menyambut bulan suci ramadan pasca pandemi Covid-19 adalah momen yang tepat untuk bersama, silaturahmi bersama, saling memaafkan satu sama lain jikalau di hari sebelumnya ada kesalahan aga dalam menyambut bulan suci ramadan kita dalam keadaan tenang karena sudah saling memaafkan.
Hari ini adalah awal ramadhan di tahun 2023 menjadi momentum untuk belajar hikmah di balik bulan yang suci ini. Selain sebagai ajang pensucian diri, latihan untuk mengamalkan segala ibadah-ibadah dan latihan untuk menahan hafa nafsu, tentunya yang lebih penting adalah bagaimana mengimplementasikan latihan-latihan tadi pasca ramadhan agar menjadi manusia yang lebih baik.Â
Sedianya kehadiran ramadan ini dinikmati atau dimulai bersama keluarga terdekat agar belajar memberi contoh kepada saudara, anak maupun ke orang tua agar kita mendapatkan segala keberkahan hidup. Namun demikian perbedaan nasib, aktivitas, hingga perbedaan-perbedaan kecenderungan dalam mengaruhi hidup maka situasi ini tidak dapat menjadi momen pertemuan bagi saya pribadi bersama keluarga saya di kampung halaman.
Sebagai individu yang telah memilih jalur yang extrem dalam artian tidak seperti individu lainnya tentu resiko ini harus saya tanggung sendiri. Jalan yang sudah kita awali harus dilanjutkan hingga sampai akhir. Hasil dari perjalanan pun akan menjadi sebuah kisah yang menjadi pelajaran hidup bahwa dalam mengambil sebuah keputusan ternyata ada orang lain yang dikorbankan yakni keluarga sendiri yang terdekat dari kita.Â
Namun demikian proses hidup yang harus kita jalani, meski kita yang memilih sendiri bisa saja itu adalah sebuah petunjuk dari ilahi sebab tanpa petunjuknya tentu kita tidak bisa pada sebuah titik perjalanan.Â
Sebab orang yang berada pada titik perjalanan berarti ada upaya untuk sampai pada sebuah titik poin, yang tentu berbeda dengan individu yang belum memulai sebuah perjalanan. Sebaiknya bagi yang belum menempuh sebuah perjalanan yang terpenting dari sebuah kebutuhan dan perencanaan adalah bekal.Â
Kini saya sedang menjalankan ibadah ramadan di rantauan tanpa keluarga, sebaliknya keluarga demikian mereka ramadan tanpa saya. Tetapi ini adalah sebuah perjalanan saya yang telah saya pilih. Anggap saja ramadan kali ini sebuah perjalanan baik itu perjalanan spiritual maupun perjalanan layaknya traveller dalam kisah-kisah di Trinity.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H