Ada hal menarik saat berbicara terkait netizen di Indonesia. Netizen atau warga net ini memiliki kejelihan lebih dibanding dengan petugas hukum bahkan mengalahkan petugas KPK.Â
Sejak beberapa anak pejabat yang sering flexing di media sosial saat itu pula netizen mulai bekerja hanya dengan satu tangan atau bahkan hanya beberapa jemari saja.Â
Dengan upayanya itu segala sesuatu dibuat jadi viral, sebar sana sini, ketik up dalam kolom komentar, dan menandai akun pejabat pemerintah kita, seketika itu pula segala sesuatu jadi booming bagi si korban.
Teringat kasus dalam drama korea City Hunter. Dalam drama yang dibintangi Lee Min Hoo ini ia berhasil membongkar kejahatan di dalam kotanya hingga sampai berhadapan dengan presiden yaang nota bene ternayata ayah kandungnya.Â
Awal kasus berangkat dari kematian prajurit  yang pergi menyelesaikan misi di luar negeri namun ketika ingin kembali ke Korea Selatan malah mereka ditemabk mati satu persatu di tengah laut oleh utusan pemerintah Korea Selatan sendiri.Â
Mereka mati ditangan prajurit lainnya. Sementara di antara prajurit tersebut ada yang berhasil lolos. Kemudian merencanakan balas dendam dan ingin membongkar kejahatan di Korea Selatan. Pada akhirnya ia menuclik si bayi yang nantinya ia merupakan tokoh utama taua Lee Min Hoo.Â
Singkat cerita Lee Min Hoo sudah besar dan sudah kuliah di Amerika. Ia diminta untuk bekeraj di dalam lingkungan pemerintahan Korea selatan sehingga ia sangat mudah mencari data-data kejahatan para pejabat.Â
Satu persatu kejahatan para menteri terbongkar, tak ada yang tersisa bahkan nantinya yang terakhir adalah presiden. Pada akhirnya presiden pun pasraha bahwa saya pun memiliki kejahatan. Sehingga presiden malah menyerahkan diri ke city hunter kapan pun di mana pun silahkan saya diselesaikan.Â
Namun kenyataan di akhir cerita sungguh berbeda bahwa Lee Min Hoo atau city hunter dalam drama ini tetap membela presiden bukan hanya sebagai ayah kandungnya tetapi demi negaranya. Akhirnya ia harus berlawanan dengan ayah angkatnya yang pernah menculik, membesarkan dari kecil untuk balas dendam.Â
Sebuah peluru yang ditembakkan oleh ayah angkat city hunter ditujukan ke presiden dan dilindungi sendiri city hunter. Namun upaya city hunter membongkar kejahatan dengan data, fakta kejahatan, dan dengan cara hukum yang baik dan benar di Korea Selatan sudah ia lakukan dengan baik.
Berbeda dalam beberapa kasus di negara kita bukan  berdasarkan pada data, fakta dan cara hukum yang baik dna benar malah dengan cara menyebar beberapa berita yang tidak jelas sumbernya.Â
Pada akhirnya seseorang merasa tersalimi, bahkan pihak petugas hukum dan KPK misalnya merasa kebingungan antara mendengar kata netizen atau data dan fakta.Â
Sejauh ini juga dapat diandalkan atas kekuatan netizen yang telah gigih membuli, mencaci, menyebarkan berita, dan sebagainya. Dalam hal tertentu memiliki kekuatan dan dapat diandalkan. Tetapi dalam hal kerja-kerja hukum, peradilan dan sebagainya itu bukan ranah umum melainkan sudah masuk ranah petugas.Â
Akankah netizen kita bekerja layaknya city hunter yang telah berhasil membongkar kejahatan, korupsi, dan kejahatan lainnya. Mari kita nantikan kekuatan tangan netizen melalui smartphone di tangannya.Â
Jika ini terjadi maka petugas hukum dan petugas pemerintahan lainnya akan kewalahan menangani kasus yang begitu beragam dan kompleks. Selamat bekerja netizen dan para petugas hukum Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H