Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rupa-Rupa Kesalahan

10 Maret 2023   05:26 Diperbarui: 10 Maret 2023   05:39 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cara mengubah penyesalan jadi positif, sumber foto: Kumparan.com

Terkadang ketika kita berbuat kecorobohan atau kesalahan malah orang lain terkena imbasnya. Hal ini sering terjadi dalam kehidupan saya. Atas kecerobohan kecil yang saya lakukan maka orang lain menanggung bebannya. 

Pertengan tahun 2022, saya sedang asyik menikmati belajar via zoom dengan tema seminar motivasi akademik hingga kiat-kiat jadi guru besar. Saya ditemani dengan secangkir kopi racikan saya yakni kopi hitam dengan gula aren. 

Racikan yang pas dipagi hari dengan gorengan dan kue rebusan. Tidak selang beberapa menit baru dua tiga kali saya hirup kopi tersebut, tiba-tiba tertumpah dan mengenai laptop saya. 

Tak ada yang bisa saya lakukan selain meretapi kecerobohan saya tersebut dengan tidak mempertimbangkan kalau sewaktu-waktu gelas akan jatuh, meja akan miring, saya akan bergerak ke sana ke mari, saya akan berbicara sembari menggerakkan tangan, dan sebagainya. Tapi sudah terjadi, hanya jadi bahan cerita dan cemohan ke saya.

Pelibatan orang lain dalam kesalahan tersebut adalah membicarakan ke mereka atas kasus saya, mencari tukang servis laptop, mencari uang/ meminjam atau kredit laptop kembali. Kedua adalah mengambil hak belanja istri dan anak saya bila tiba-tiba saya egois ingin beli laptop atau kredit. 

Ketiga melibatkan orang lain seperti teman atau keluarga dekat dengan alasan bahwa saya membutuhkan laptop sebagai media kerja saya. Hingga saat ini si merah (laptop saya) tidak bisa diselamatkan baik data maupun bangkainya. 

Lantaran kopi hitam dan gula aren sudah menyatu dalam main board, entah warna apa jadinya kataku dalam hati. Belum lagi semut-semut merah turut bersarang pada setiap huruf dalam keyboard, seakan berlindung sebelum ia mati. 

Masing-masing orang beda persepsi atas kecerobohan kecil tersebut, mulai dari kesal hingga prihatin.  Namun itu adalah kesalahan saya dan tidak boleh terulang kembali. Orang yang kesal tentu memarahi atau menasehati. Sementara yang prihatin turut mendoakan meski keduanya terkadang memberi dukungan moril dan materil. Hingga bisa mewujudkan adanya pengganti yang baru.

Pada akhirnya kita sangat sulit memaafkan diri sendiri. Jangankan memaafkan diri sendiri, meminta maafpun kepada diri kita jarang terjadi bahkan tidak pernah. Kita menggiring diri kita begitu saja, ada rasa kesal kepada diri sendiri. Bahkan rasa kesal lebih dominan dibanding memaafkan. 

Tuhan saja memaafkan kepada kita bila kita sungguh-sungguh meminta maaf, bertaubat dan tidak mengulanginya lagi. Kenapa tidak kita memulai sungguh-sungguh memafkan diri kita bila melakukan kesalahan sebelum memohon maaf kepada orang lain dan kepada Tuhan. 

Contoh kasus kecerobohan saya dalah salah satu kesalahan kecil. Masih banyak kesalahan yang saya lakukan yang lebih berat lagi dan pengorbanan orang lain kepada diri saya lebih besar lagi. Contoh kasus misalnya saya sedang merokok di depan istri saya yang sedang hamil dan di depan anak saya yang sedang asma. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun