Setelah hujan reda aku akan menemuimuk, uharap kau bersedia menemuiku jua
kau adalah cita-citaku sejak kecil, dewasah, ingga orang tua, mungkin juga cita-cita orang yang tidak asing
aku ingin kau, dengan tangan tanpa sendok, dengan piring alas daun, dengan lauk pauk beserta sambel ijo daun.
Kini hujan reda, aku tak tahan lagi di manak, Kau di mana, aromamu tidak kemana-mana kan? Tapi kau di mana, kau di sini saja tidak usah kemana-mana!
duduk sila bersamaku, lupakan sejenak tentang pajak-pajak itu
kita makan bersama saja, duduk sila, tak ada raja di antara kita. Kita sama-sama makanan hanya saja nasib kita beda, kau nasi Nusantara, aku numpang lahir di Nusantara. Kamarku tidak jauh tempat kau ditanak. Rumahku yang jauh di sana, bersebelahan dengan rumah rumah mu yang seperti rumah raja Minang.
Kini, kau kumakan, kau memakanku jua. Esoknya aku ke dokter, ia hanya bilang tak usah kau khawatir, kau hanya salah makan. Ah ada ada saja, hidup kita ini, bukankah makanan adalah cinta kasih, kita saling memakan sama saja saling mencintai mengasihi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H