Maaf pak saya belum pernah ditraktir makan di sini, di kampung ini, saya tidak biasa juga menerima tawaran demikian, sangat memberatkan. Biaya gojek saya hanya 7.500 rupiah, terus makan nasi padang juga biayanya 13 ribu per porsi, jika saya ditraktir berarti 26 ribu rupiah bayarnya belum lagi minum es jeruk. Setiap kali saya makan nasi padang saya harus mimun es jeruk karena kepedesan. Saya tidak bisa makan cabai namun sambel ijo di restoran padang itu menggungah selera pak. Atau begini aja pak, saya temani duduk yah?
Ayolah mas? Anggap saja saya bersedekah?
Baiklah pak kalau begitu, sebelumnya saya ucapkan terima kasih banyak.
***
Pesan 3 porsi mas! Tanyanya ke pegawai di restoran itu namun pemiliknya lebih senang jika disebut rumah makan saja. Sebab restoran harus ada rest areanya, bukan hanya makan minum, yah minimal ada lokasi healing-healing begitu (kata pemiliknya beberapa bulan lalu saat terakhir kali makan) padahal kamar kos saya dengan dapurnya hanya dibatasi dengan batu bata merah.
Pesan 3 porsi, 2 makan sini, 1 dibungkus. Yang dibungkus untuk anak saya, ia sedang menjaga angkringan. Namanya Inong, penulis buku puisi dan kopi, itu buku pertamanya, buku kedua kumpulan cerpen Inong dan romantisme di angkringan. Tadi peluncuran bukunya, saya mewakili menerima royalti awal dari penerbit sebab semua penjual angkringan tadi membeli, begitu juga pemilik cafe-cafe sangat senang dengan syair syair puisi Inong dalam buku puisi dan kopi. Lantaran itu banyak anak remaja senang minum kopi di cafe baca terbius dengan diksi Inong.
Lalu bagaimana jika semua orang ke cafe baca dan lupa kembali ke angkringan apakah angkringan bapak akan sepi?
Itu strategi Inong, ada lagi. Tenang saja, angkringan adalah candu begitupun buku cerpen yang ada di tanganmu itu, Inong sudah makan masak-masak kedua buku itu sebelum menulis. Saya memintanya jadi penulis sebab buku adalah warisan nantinya, angkringan saya hanya sewaan tak ada rumah buat kami. Harapanku hanya pada rumah buku Inong dengan tangan dinginnya kami akan hidup.
Akhirnya saya bisa makan nasi padang lagi. ini kesukaan saya sama Inong, mas.
***
Senja muncul juga, Pak Wagin beranjak. Ucapku terima kasih. Separuh dari nasi milikku, saya bawah ke kosan, belum sempat saya foto jika hari ini saya  juga makan nasi padang ditraktir oleh pak Wagin lantaran dapat honor tulisan anaknya si Inong. Apakah burung perkutuk itu sudah makan atau belum. Di sini banyak sisa nasi. Apakah kembang dan juga bunga itu akan dimakan habis oleh burung perkutuk itu bila saja tak ada yang membuang sisa makanan. Seakan saya ingin menyapanya dengan nasi padang ini.