Dalam hal ini penulis akan fokus pada marketing influencer. Marketing influencer adalah orang yang membantu mempengaruhi masyarakat (pembeli) terhadap produk tertentu. Pengetahuan dasar seorang influencer adalah paling tidak menguasai media sosial, marketing, editing, performance yang baik (siap tampil), serta memiliki ketertarikan tertentu pada barang atau produk yang ditawarkan. Memang di awal akan sulit tetapi jika sudah terbiasa mendapatkan endorse produk maka ia tinggal mengasah apa yang dilakoninya.Â
Food photograher. Menjadi food photografer tidak mesti handal. Seorang food photograher paling tidak memiliki kecakapan dalam bidang pemotretan, memiliki jiwa seni dan memiliki alat potret baik kamera HP maupun kamera digital. Dalam satu foto hasil jempretan yang baik dengan keterangan makanan dalam foto tersebut biasanya akan dinilai paling minimal tujuh puluh ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah. Banyak hotel dan resto membutuhkan jasa food photograher yang profesional (dalam artian ingin menekuni) karena membutuhkan orang yang tidak terlalu terikat sebagai karyawan.Â
Sebab merekrutnya sebagai karyawan bisa menjadi beban bagi perusahaan makanan atau hotel. Sementara menjadi food photorapher bisa bebas dan juga tidak terbatas satu project saja dalam sehari. Namun yang terpenting dari food Photogrpaher adalah mengenali karakteristik makanan, kuliner di mana ia mendapat project agar bisa memberikan penjelasan yang baik dan juga bisa mendapat enjel serta alas foto yang sesuai dengan keinginan perusahahan/ resto/ hotel maupun kebutuhan pelanggan. Dengan foto makanan yang menarik bisa menjangkau banyak pelanggan bagi resto tersebut dan bisa menaikkan rating serta reviu dari resto atau hotel yang diamksud.
Kerajinan tangan. Kerajinan tangan tentu tidaklah muda sebab membutuhkan referensi yang baik serta pengalaman yang emmadai. tetapi sebagai pemula kita bisa memanfaatkan barang-barang sederhana, barang bekas serta bahan alami yang ada di sekitar kita seperti rumput, bambu, kayu, dan apa saja. Di kota wisata akan menjadi estetik jika memiliki kerajiann tangan alami atau olahan dari barang bekas. Tentu membutuhkan alat dan bahan seperti lem, kemasan, brand, hingga pemasaran.
Namun kerajinan tangan yang unim bisa bermitra dengan pemerintah, UMKM, pengelola wisata terdekat, bahkan bisa juga dipasarkan sendiri. Sebut misalnya bingkai dari kayu bekas atau dari kertas bekas akan bernilai puluhan ribu rupiah hingga ratusan berganting tingkat estetik dari kerajinan kita. Mainan atau boneka dari bahan bekas atau dari rumput-rumput akan bernilai tersendiri pagi penikmat kesenian atau wisatawan. Saya pikir kerajinan tangan bisa diimplementasikan namun perlu pertimbangan dengan baik kondisi di sekitar kita, apa yang ada tanpa harus dengan pembelian yang membengkak.
Guru private door to door. Jika karyawan yang telah di PHK misalnya tamatan SMA hingga S1. Mereka bisa mengelola usaha guru private secara konvensional yakni guru door to door. Bisa dengan les musik, les olah raga, hingga les mata pelajaran.Â
Hal ini tentu membtuhkan jasa profesional namun jangan berkecil hati jika kita pernah punya pengalaman bekerja di perusahaan. Saya pikir itu adalah modal yang baik. Seorang pekerja mesin di perusahaan bisa menjadi guru privat sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Ini bisa saja kita tiru model pengorganisasi ruang guru hingga menciptakan aplikasi digital. Kenapa tidak kita berfikir kesana bahwa bisa saja kita buat organisasi guru private secara konvensional baik sebagai pengajar maupun pengelola.
 Usaha kuliner. Usaha yang paling menjanjikan dan tidak ada matinya adalah usaha kuliner. Setiap orang membutuhkan makanan setiap hari. Lalu bagaimana memulai jika tidak memiliki modal. Seorang pedagang buku sebut Graha media ia hanya memulai daganngan buku keliling dengan sedikit buku lalu menjadi usaha besar yakni graha media. Seorang pedagang restoran tidak ada yang langsung besar usahanya kecuali orang tuanya adalah pemodal besar.
Kita dengan modal sederhana bisa dimulai dengan kecenderungan makanan yang kita suka atau di lingkungan kita berada. Saat ini berkeliaran warung makan dengan model warmob, pedagang kaki lima, atau rumah makan. Kenapa tidak kita membuat bumbu kulinner dengan masakan yang kita sukai kemudian dibuat brandnya misalnya bumbu masakan padang, bumbu coto, atau bumbu rujak serta sambel fozen.Â
Mari memulai dengan satu kiloan kemudian dipasarkan di orang terdekat, di media sosial kemudian kita evaluasi, inovasi dan tekuni. Saya yakin semua orang adalah chef bagi dirinya. Sebab selalu kita taste sendiri masakan orang lain, bahwa ini cocok di lidah saya dan sebagainya.Â
Dengan kondisi terpuruk pasca kena dampak PHK, membuat kita kalang kabut untuk berbuat sesuatu. Selain mencari pekerjaan lain, tidak ada salahnya memulai usaha seperti contoh usah di atas. Berbeda jika kita masih punya lahan di kampung atau masih punya warisan tentu bisa kembali mengolah lahan tersebut. Tapi bagi yang tidak masuk kategori punya warisan sawah, ladang, atau sejenisnya mari berani berbisnis. Tentu pengalaman kerja di perusahaan sebelumnya membuat kita bersemangat. Salam suksesÂ