Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sum-Sum anak La Baco kerja di Perusahaan

11 Februari 2023   16:10 Diperbarui: 11 Februari 2023   16:30 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelurga Sum-Sum sangat bangga. Hampir setiap bulan jika Sum-Sum mengirimkan surat beserta uang belanja ke Belanga. Ayah Ibunya langsung potong ayam kampung dan memanggil para tetangga makan bersama. Keluarganya cukup bangga sebab tak perlu keluakan uang banyak untuk kuliah dan cari kerja. Sebab sarjana muda saja di Belanga sudah terjerat dengan lagu Iwan Fals "Sarjana Muda". Entah sampai kapan ia bisa bertahan di Malinau. Waktunya tiba, Sum-Sum akan lari ke Ibu kota membuang diri hingga ia bisa kuliah di kampus manapun itu. Ia tidak mampu secara fisik menjalani kehidupan di Malinau. Sudah empat kali di raawat inap di Rumah Sakit Bontoa, dan hampir setiap minggu ia wajib kontrol di Rumah sakit Malinau. Giginya terasa ingin runtuh, tubuhnya terasa menggigil meski di siang hari. Bisa saja efek dari kerja malam dua minggu sebulan hingga bertahun-tahun lamanya. Sum-Sum tidak pernah memberitakan dalam suratnya kalau ia sering sakit-sakitan. Pada dasarnya tubuhnya ateletis mantan pemain bola tingkat desa, dan juga mantan pemanjat kelapa di Belanga meski ia pernah mati suri sewaktu terjatuh dari pohon kelapa. Ia tidak tahan jikalau tidak tidur malam. Setiap hari hidupnya berutsr pada kerja pagi, sore dan malam. Ia harus lari ke Belanga takut ia dinikahkan muda tanpa pekerjaan dan tanpa warisan pasti hidupnya sengsara. Ia kan ke kota kuliah di Ujung Pandang, tapi ke mana ia berlabuh. Akankah kampus menerimanya jika sudah empat tahun menganggur?

"suratmu sudah saya baca, Sum! Sehat selalu nak! Pa Desa dan semua warga sudah tahu kalau kamu sudah bekerja di perusahaan Internasional. Pak Imam juga sudah umumkan kalau sumbangan kamu sudah ia terima sebesar seratus lima puluh ribu!" Setiap pagi aku bernyanyi di sepanjang perjalanan ke sawah atau saat memanjati pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi di Belanga. Nak aku cukup senang karena kamu sudah bekerja, ini sumbangan kamu sudah di dengar semua jamaah masjid Belanga.

"jaga diri nak, Badik kamu dirawat yah, dan jangan lupa shalat lima waktu"

Belanga, La Baco 13 Maret 2004

Begitulah tradisi umat muslim di Belanga yang nyumbang harus diumumkan. Keluarga donatur seakan melambung namanya naik beberapa ke atas mengalahkan nama-nama pa desa atau pa ustadz yang tidak pernah menyumbang di masjid di Belanga.

Wadduh ternyata ayah ibuku tidak membelanjakan separuh gajiku di pabrik yang aku kirim bulan Maret ini! "Untung saja kosan dan utang di warung bisa dibayar bulan depannya".

Lonceng berbunyi tiga kali, jam istirahat berakhir. Matanya belum pernah terpejam sedkit pun, rencana selepas membaca surat ini tapi ternyata ia terharu, bangga dan juga sedih. Setelah membaca surat itu, Sum-Sum tidak mengantuk lagi sebentar lagi pagi. Ayah Sum-Sum berpesan jika ingin berhenti bekerja ada seorang gadis bisa kamu lamar, tapi bertahan dulu bekerja sampai sebulan setelah menikah. Pekerjaaan kamu, dengan itu tentu pihak perempuan bisa pertimbangkan lamaran.  Ayah bisa bilang anakku Sum-Sum masih bekerja di perusahaan! Seru La Baco dalam suratnya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun