Puisi adalah salah satu bentuk tulisan karya sastra untuk menungkan isi hati atau karya fiksi yang dibuat dalam bentuk singkat padat yang memiliki gaya bahasa. Gaya bahasa inilah yang membedakannya dengan karya fiksi lainnya dan dengan karya ilmiah.
Menulis puisi sederhana tidak sesederhana yang kita bayangkan. Penulis paling tidak memiliki kemampuan imajinasi dan pengetahuan bahasa yang cukup. Imajinasi sebagai daya nalar penulis, sementara bahasa adalah medium pengungkapan ide. Sehingga terkadang orang-orang tertentu punya daya seni dan imaginasi tidak dapat mengungkapkan dalam bentuk bahasa tulis tapi dengan medium lain seperti gerak dan sebagainya. Di sisi lain individu tertentu mempunya kemampuan bahasa yang mumpuni tetapi tidak dapat menulis puisi dengan baik karena kurang imaginer. Ada pula individu yang memiliki bakat keduanya dan berhasil dengan baik.Â
Lalu bagaimana dengan penulis pemula seperti saya misalnya yang tidak memiliki bakat, tidak memiliki juga kemampuan imajinasi dan bahasa yang baik. Apa yang harus dilakukan oleh orang seperti saya atau orang lain yang senasib dengan diri kami ini? Tentu tidak perlu khawatir ada banyak referensi yang bisa kita pelajari, ada banyak komunitas bisa kita temukan, ada banyak guru yang siap menuntun kita untuk jadi penulis puisi yang baik, ada banyak cara untuk melatih rasa, mengola perasaan agar merasakan sesuatu yang menyentuh lalu kemudian kita tuliskan dan sampai pada pembaca.
saya ingin bercerita sedikit terkait pengamatan saya, sebut misalnya Iwan Fals mampu membuat lirik lagu hingga nyampe dan nyaman ke telinga bagi pendengarnya meski tanpa musik yang baik kenapa? Bisa saja seorang Virgiawan Listanto dalam menulis tema pada sebuah lirik lagu ia harus mengalami beberapa peristiwa sebut misalnya tentang Galang Rambu Anarki yang betul-betul apa adanya yang ia alami. Atau bahkwan terkadang ia harus ke Rumah Sakit, ke Penjara dan telah bertemu dengan orang-orang yang hingga membuatnya ia terinspirasi menulis lirik.Â
Kembali pada topik awal bahwa demikian pula dalam menulis puisi, stanza, cerita atau sejenisnya tentu kita harus peka pada peristiwa. Peka dalam artian tidak mesti mengalami secara langsung tetapi kita bisa melaluinya dengan riset sederhana, kita bisa membaca referensi, bepergian, mengunjungi teman atau keluarga, menonton atau bahkan mengungkapkan sendiri perasaan kita. Mengungkapkan apa yang kita alami, bisa saja sama dengan  apa yang dialami oleh orang lain.  Demikian penulis puisi kenamaan baik dalam negeri maupun dari luar.  Tentu tulisan-tulisannya tidak langsung bagus, tentu tulisannya tidak langsung dipublikasikan, tidak langsung disukai atau berterima pada pembaca.Â
Pernah sekali saya mendengar langsung dari seorang penulis puisi yang sudah populer di media nasional dengan tulisannya yang cukup bagus dan disukai pada semua kalangan karena estitika bahasanya. Beliau bertutur bahwa untuk menulis puisi yang baik saya berupaya mengikuti gaya bahasa penulis puisi lama sebut angkatan pujangga misalnya. Meski ia berupaya menulis sesuai dengan penulis tersebut malah pembaca katanya menginterpretasi lain bahwa itu bukan engkau meniru gaya penulis si A tetapi malah engkau menulis gaya sendiri.Â
Demikian tulisan-tulisannya hingga ditirupun gayanya tetap saja akan melahirkan gaya baru. Kembali ia bertutur pada sebuah chanel TV ia berbicara menolog tentang kekaryaannya bahwa untuk tulisan puisinya tidak serta merta diterima begitu saja bahkan ia tidak percaya diri pada awalnya. Namun karena kebiasaan, dengan latihan, dengan membaca buku apa saja katanya pada akhirnya ia bisa.
Suatu pagi saya menemukan buku puisi berjudul "Love & misadventure; cinta dan kesialan-kesialan karya Lang Leave  terbitan gramedia 2013. Saya menemukan gaya puisi dan gaya bahasa yang menarik. Sebab puisi tersebut puisi terjemahan tentu puisi tersebut tidak bisa berterima langsung di telinga jika di baca, di baca dengan bahasa Asing tetapi diterjemahkan oleh penulis puisi Kenamaan  M AAN Mansyur maka lahirlah puisi terjemahan yang baik.Â
Seorang guru puisi saya juga pernah berkata jikalau menerjemahkan puisi asing pada dasarnya sama halnya jika kita menulis puisi baru sebab penerjemah berupaya mencari padanan metafora yang dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.Â
Penerjemah harus memahami budaya dan karakter masyarakat bahasa sumber di mana puisi itu lahir yang mencerminkan peristiwa yang dialami atau direkam oleh penulis. Kemudian mencari bagaimana terjemahan tersebut bisa berterima pada pembaca yang tentunya penerjemah bekerja keras mempelajari bahasa sasaran.