Pernahkah kita berfikir sejenak tentang siapa menciptakan hari Minggu yang kita hirup ini bersama pagi?
Mengapa ia selalu ada saat kita sedang mengejar mentari pagi, atau saat kita sedang memburu bintang malam?
Apakah ia pusat perbelanjaan? Sebuah wisata Ramah anak? Apakah ia car free day bagi para politisi untuk memamerkan warna baju mereka lalu mengunggah di media sosial? Apakah ia para narapidana koruptor yang sedang dapat remisi lalu ia ke Bali semalam saja katanya? Atau sebuah gubuk tempat nenek seorang diri yang harus kita kunjungi?
Apakah ia perpustakaan? Atau Jangan jangan ia sebuah buku cerita yang harus kita baca, hurufnya kita eja tanpa menahan nafas.
tak perlu ragu dengan tuduhan itu, aku hanya embun pagi di antara dua musim yang sebentar lagi beranjakÂ
Tak usah kau ragu, biarlah mawar menjemput aku dengan kelopaknya yang indahÂ
Biarlah cacing cacing, burung burung mendatangiku lalu Bidadari menjemput ku.Â