Saat ini sepertinya saya sudah berada di Zona nyaman karena bisa bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Bekerja dari rumah saya mulai sejak awal-awal penyebaran virus corona (covid-19) yakni periode April 2020.Â
Sebagai pengajar dan juga sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi membuat saya kebinguan di awal pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atas adanya upaya pencegahan penyebaran virus korona (Covid-19). Bagaimana tidak saya harus mengajar menjalankan kewajiban saya dan lebih penting lagi untuk menghidupi ekonomi keluarga.Â
Di sisi lain saya juga berprofesi sebagai mahasiswa aktif tepat beberapa bulan sebelum virus korona dinyatakan tersebar dan mewabah pada hampir semua negara di dunia. Di awal PSBB sangatlah berat menjalani hari-ahri yang serba terbatasn sehingga membuat kita mudah stress dan tidak nyaman. Jangankan mau bekerja dengan nayaman, makanpun sangat ketakutan lebih-lebih aktivitas peribadatan. Semua serba terbatas pada masa sulit tersebut.
Salah satu yang menjadi masalah besar saya pada saat itu adalah beberapa kali pergantian topik penelitian dari penelitian lapangan ke penelitian online. Meski saat ini sudah berjalan misalnya penelitian online. Tetapi proses menjalani terpaan pekerjaaan penelitian tidaklah mudah. Hikmah di balik perubahan sosial dari kebiasaan bekerja di lapangan atau work from office (WFO) adalah mebuat kita lebih dekat dengan keluarga.Â
Terjadi perubahan peran suami dan istri. Suami lebih banyak di rumah tentu sangat membantu aktivitas rumah rumah tangga. Sebutlah memasak, mengurus anak sekolah, hingga mengurus kebersihan lingkungan rumah. Hal yang terpenting dari WFH pada dasarnya adalah prosi waktu bersama keluarga tentu lebih besar dibanding sebelumnya. Saat diumumkannya peniadaan PSBB di akhir tahun seakan menjadi cambuk bagi keluarga kami, dan mungkin juga dialami oleh beberapa kelompok rumha tangga seperti saya.
WFO membaut kita harus berfikir keras lagi, karena suasana baru. Berangkat kerja misalnya dari dini hari pulang malam hari tentu akan merubah suasana rumah yang biasanya berkumpul dari pagi hingga malam dan kembali lagi di pagi hari.Â
Di sisi lain kita sudah merasa nyaman dengan WFH karena lebih efektif meski pekerjaan yang kita lakukan tidak begitu efektif. Tetapi bekerja kembali seperti sedia kala sebelum covid mewabah negeri kita. Seakan membuat kita akan lebih waspada layaknya kendaraan sudah di rem tangan karena banyak rintangan di depan dan haru digas full kembali.Â
Ada banyak hal yang harus dipikirkan kembali untuk efektifitas WFO selain keluh kesah rumah tangga tadi yang memikirkan anggota keluarga bekerja sejak pagi hingga malam yakni akan terjadi peningkatan kemacetan dan polusi kendaraan yang akan lebih mengancam keberlangsungan kehidupan kita.Â
Inilah yang harus dipikirkan ulang oleh pemerintah kita jika betul adanya WFO secara normal maka perlu pemerintah menyediakan transportasi umum di jam berangkat dan jam pulang agar pemakaian kendaraan pribadi lebih berkurang, polusi lebih berkurang dan potensi kemacetanpun lebih berkurang. Dengan pemberlakuan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi baik motor atau mobil akan meminimalisir beberapa potensi yang sifatnya menteror kita ke depan. Dengan kemacetan di Jalan sering terjadi perselisihan sesama pengendara, tidak ada yang mau mengalah semuanya ingin melaju. Terlebih pada saat adanya pengantar jenasah yang mengambil jalan pengendara  lainnya dengan beriiringan disertai suara klakson. Iring-iringan pejabat , iring-iringan parpol dan sebagainya akan menjadi potensi stress.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H