Mohon tunggu...
Andi Sahri
Andi Sahri Mohon Tunggu... -

pikiranku ..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ulasan Singkat tentang Dikotomi NU-Muhammadiyah & JIL-Wahabi

2 Agustus 2016   16:39 Diperbarui: 3 Agustus 2016   21:53 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada dua jenis kaum pembaharu islam : 

1. Yg memperbaharui pemahaman umat berdasarkan dalil tertulis (literal) ---> bentuk moderatnya: "Muhammadiyah" & bentuk ekstrimnya: "Wahabi" 

2. Yg memperbaharui pemahaman umat berdasarkan pemikiran (kontekstual)---> bentuk moderatnya: "Nahdlatul Ulama (NU) & bentuk ekstrimnya: "JIL" 

Hal yang juga terjadi dalam birokrasi, :D ada birokrat literal (berpegang teguh pada aturan), ada birokrat kontekstual (bertindak fleksibel & inovatif)

Muhammadiyah memiliki misi progresif, yaitu misi meraih sesuatu yg saat ini belum tercapai (Pemurnian ajaran Islam).
Upaya moderat yg dilakukan utk mencapai itu adalah, mendirikan sekolah2, mengembangkan pendidikan modern.

Nahdlatul Ulama memiliki misi konservatif, yaitu mempertahankan sesuatu yg sudah dicapai (Keselarasan Islam dgn kehidupan sosial budaya).
Upaya moderat yg dilakukan utk mempertahankan itu adalah, mendirikan pesantren,  mengkampanyekan toleransi & pluralisme.

Keekstriman "Wahabi" dalam memperjuangkan Islam Literal adalah, melakukannya dgn cara yg tidak realistis jika mempertimbangkan aspek kemanusiaan/sosial budaya, sehingga berpotensi menciptakan rasa antipati/permusuhan & perpecahan dikalangan umat Islam sendiri.

Keekstriman "JIL" dalam memperjuangkan Islam kontekstual adalah, melakukannya dgn cara2 yg "nyeleneh" bahkan kadang mengabaikan dalil & lebih mengedepankan argumentasi/logika pemikiran, sehingga terkesan, berusaha menyesuaikan agama dgn kehendak manusia, bukan sebaliknya, menyesuaikan manusia dgn kehendak agama.

Jika ada fanatik dari 2 golongan (NU & Muhammadiyah) yg saling menjatuhkan, hal berbeda justru disikapi oleh mereka2 yg lebih bijak memandang perbedaan tsb. 

Para kaum bijak dari NU & Muhammadiyah berpandangan, yang ada justru rasa saling membutuhkan & melengkapi.

Muhammadiyah memandang NU dibutuhkan sebagai perangkul umat yg ampuh dgn keluwesan dakwah & sikap toleransi/akomodatif yg ditunjukkan tanpa memandang perbedaan, sehingga citra Islam sbg agama yg damai tetap terjaga  & menciptakan prospek cerah bagi dakwah2 keislaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun