perpustakaan Taman Ismail Marzuki untuk meredakan peluh dari desak-sesak metropolitan.
Jemu dikabutkan oleh gumpalan hitam polusi ibu kota, memunculkan suatu angan untuk tenang, beruntungnya warga indonesia khususnya yang berada di ibu kota dapat memetik kupon keberuntungan dengan mengunjungiTaman Ismail Marzuki atau yang lebih familiar dengan sebutan Tim merupakan salah satu sentral seni dan budaya di Ibu Kota Jakarta. TIM menyajikan menu tempat-tempat menarik yang tidak buruk untuk dikunjungi, seperti Planetarium, Gedung Graha Bhakti, Gedung Ali Sadikin, Perpustakaan, hingga spot-spot duduk untuk bernafas lega alias bersantai.
Hari itu aku jemu, mata ku ingin temu dengan galaksi kata di perpustakaan, tubuh ku juga ingin disentuh oleh angin ber-ac pada langit-langit ruangan, dan kebetulan hari itu, hari dimana aku tidak bisa tidak hadir berkunjung ke TIM karena dosen ku tercinta meminta aku dan teman-teman mahasiswa lainnya untuk melakukan observasi bahan tulisan, sehingga ini merupakan cikal-bakal tulisan ini ada, dengan kata lain tulisan ini ada karena dosen ku tercinta hehehehe.
Rabu, 3 Juli 2024. Aku berangkat masih dengan perasaan baik-baik saja, sampai tiba di jalan raya Pasar Minggu menuju arah Pancoran perasaan itu berubah menjadi tidak baik-baik saja. Bagaimana bisa aku tidak gusar setiap kali bertemu dengan kemacetan, aku pengap, aku sesak, rasanya ingin sekali aku dikawal dan dibukakan jalan oleh polisi agar aku cepat tiba.
Masih dengan perasaan yang sama, singkat cerita aku tiba disana pukul sepuluh lewat, memperoleh karcis lalu diarahkan ke parkiran motor di basement. Tidak banyak motor berbaris disana, mungkin bagi mereka yang sensitif dengan kesepian akan takut karena menurut ku basement nya cukup creepy.
Motorku berbaris di dekat tangga supaya lebih dekat menuju jalan keluar. Masih dengan perasaan yang belum berubah, aku berjalan menuju lift di area food court. Jariku mengayun pada tombol angkat tiga di lift, lalu pintu terbuka, ada setapak panjang jalan menuju lobi perpustakaan.
Entah mengapa tubuhku seperti terpanggil untuk masuk ke toilet di depan lobi pintu masuk, setelah aku pikir-pikir ternyata memang aku perlu ke toilet untuk buang air kecil, toilet nya cukup bersih, hanya saja gagang jet shower nya sudah hampir jatuh, dan ada bekas puntung rokok, selain itu tempat cuci tangan hanya berfungsi satu dan sabun disana belum di refill.
Aku selesai, lalu keluar. Di luar tepat nya di depan lobi ada dua penjaga yang bertugas mengarahkan pengunjung untuk scan barcode, setelah itu aku diarahkan menuju tempat penitipan barang dan di suruh scan barcode lagi, lalu aku memperoleh satu kunci dan tote bag besar untuk memindahkan barang bawaan yang ingin di bawa karena tidak diperkenankan membawa tas ke dalam perpustakaan.
Eskalator membawa ku menuju lantai empat, disana dekat eskalator, aku melihat tidak sedikit orang-orang berpakaian rapi menatap laptop, perlahan aku berjalan dan mengerling memperhatikan sekeliling. Aku mendapati informasi pada rak buku yang menunjukkan buku epistemologi, psikologi, kedokteran, pertanian, manajemen, seni dekorasi, dll.
Masih aku lanjut melangkah menuju ruang koleksi anak, permainan anak, dan ruang bercerita. Di dekat toilet lantai empat, mataku berdiam tidak sebentar karena memperhatikan sofa warna-warni yang menurut ku lucu, ada warna merah, oren, dan abu-abu, serta terdapat lampu tidur di meja panjang nya.
Sudah jemu di lantai empat, lalu aku lanjut melangkah menuju lantai lima. Disini aku mendapati informasi rak buku yang menunjukkan buku agama islam, ilmu umum, komputer, psikologi, agama kristen, ilmu sosial, statistik, ilmu politik, ilmu ekonomi, dll. Ada spot tempat menarik bagiku yaitu lorong di balik tangga, entah kenapa aku suka melihat nya, dan menurut ku ruangan ini sangat cocok diisi oleh orang-orang introvert.