Ambisi Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA telah berkali-kali terganjal, dengan sejarah panjang kegagalan dalam proses bidding. Sebagai negara yang sangat mencintai sepak bola, mimpi ini didorong oleh keinginan untuk menunjukkan gairah Indonesia di panggung dunia. Namun, kenyataannya jauh lebih keras: Indonesia masih sangat jauh dari siap untuk menghadapi tantangan besar menyelenggarakan ajang sepak bola paling bergengsi di dunia ini.
Berdasarkan pengalaman langsung saya sebagai relawan di Piala Dunia FIFA Qatar 2022 dan mengamati kelemahan Indonesia saat menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 FIFA 2023, serta merujuk pada sejarah kegagalan bidding Indonesia, kesenjangan antara ambisi dan kemampuan menjadi sangat nyata.
Rekam Jejak Gagalnya Indonesia dalam Proses Bidding
Indonesia tidak asing dengan kegagalan dalam mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA. Meskipun memiliki basis penggemar sepak bola yang besar, negara ini terus kalah dalam persaingan karena berbagai alasan.
Indonesia awalnya mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022, dengan pemenang bidding diumumkan pada 2 December 2010 bersamaan dengan tuan rumah edisi tahun 2018. Akan tetapi pada 19 Maret 2010, BBC Sport memberitakan bahwa Indonesia didiskualifikasi oleh FIFA dari pencalonan tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022. Alasannya, pemerintah Indonesia gagal memberikan jaminan dukungan yang diperlukan kepada FIFA. Hal ini menunjukkan kurangnya koordinasi antara pemerintah dan asosiasi sepak bola (PSSI), serta lemahnya komitmen politik untuk mewujudkan mimpi ini.
Indonesia kembali mengalami kegagalan dalam proses bidding untuk Piala Dunia FIFA 2034. Dalam upaya bersama dengan negara-negara ASEAN dan bahkan Australia, pencalonan ini kehilangan momentum di tengah kurangnya koordinasi regional dan infrastruktur yang memadai di beberapa negara anggota, termasuk Indonesia. Kurangnya dukungan infrastruktur, kemampuan organisasi yang terbatas, dan masalah internal dalam federasi sepak bola nasional menjadi faktor-faktor penting yang menyebabkan gagalnya Indonesia untuk menjadi tuan rumah. FIFA, yang sangat menekankan pada profesionalisme dan stabilitas, jelas memiliki alasan kuat untuk tidak memberikan hak tuan rumah kepada Indonesia. Pada tanggal 9 Oktober 2024, Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka telah menyerahkan letter of intent resmi, dan menandatangani deklarasi kepada FIFA untuk mengajukan tawaran menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2034. Pada akhirnya, setelah SAFF menyatakan niatnya untuk menawar Piala Dunia FIFA, lebih dari 100 Asosiasi Anggota FIFA dari berbagai benua telah secara terbuka berjanji mendukung negara tersebut.
Piala Dunia FIFA U-17 2023: Kegagalan Operasional yang Mengkhawatirkan
Sebagai ujian kecil sebelum potensi menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA, Indonesia sempat diberikan kesempatan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2023. Akan tetapi, FIFA resmi mencopot Indonesia pada Maret 2023 sebagai tuan rumah menyusul gelombang penolakan terhadap keikutsertaan timnas Israel. Pada Juni 2023, Indonesia ditunjuk oleh FIFA untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 FIFA 2023, menggantikan Peru yang mengundurkan diri dengan alasan prioritas anggaran yang berbeda untuk kebutuhan dalam negeri seperti pemulihan ekonomi dan bencana alam. Pada 2 Desember 2023, PSSI melalui laman resminya mengklaim bahwa FIFA memberikan apresiasi yang tinggi kepada Indonesia atas penyelenggaraan Piala Dunia FIFA U-17 2023 yang dianggap sukses. Bahkan, Presiden Jokowi mengumumkan minat Indonesia untuk bekerja sama dengan Singapura menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2025, dua hari setelah final Piala Dunia U-17 FIFA 2023. Meskipun demikian, kepercayaan diri ini tidak disambut sama sekali oleh FIFA, dengan penunjukan Qatar sebagai tuan rumah edisi turnamen FIFA junior tersebut hingga 2029 pada Maret 2024.
Piala Dunia U-17 FIFA 2023 seharusnya menjadi momen untuk menunjukkan kemampuan Indonesia. Namun, turnamen ini malah menyoroti kelemahan yang signifikan dalam infrastruktur, manajemen, dan organisasi acara, terbukti dengan kegagalan PSSI untuk meyakinkan FIFA untuk memberikan kepercayaan kembali untuk edisi lainnya. Pujian yang diberikan oleh FIFA pun sekarang bisa dibilang hanyalah sekadar apresiasi diplomatis.Â