Mohon tunggu...
Andi Prasw
Andi Prasw Mohon Tunggu... -

aku hanya orang biasa,,,,yang mencoba melihat hidup secara sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cita-citaku? Jadi Berandal

1 November 2013   11:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:44 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

08.23

motornya sandar kasar ditepi jalan. Dari balik toko aku lirik dia. Mengapa dia parkir di tepi jalan?halamanku masih kosong, tidak takutkah motor itu tertabrak mobil yang lalu-lalang? Mungkin dia merasa aman motornya disitu. Aku melihat bukan sepeda motor tapi sepeda yang ada mesinnya.
Motor ceper, ban kecil dan warna-warni. Ah, siapa juga yang mau sepeda seperti itu, batinku.
"rokoknya mas Tarjo..."   tanya dia
"sekalian koreknya?" tanyaku balik
"gak mas, uda punya", sambil keluarkan zippo warna biru gelap dari saku celana jeans hitamnya
aku melonggo menebak, dia tersenyum menang
" asli ini mas, kemarin dapat nodong bule di Tugu Pahlawan", jawabnya bangga. Aku membisu, dahiku berkerut
"bolos lagi?" tanyaku, hilangkan muak
"iya", jawabnya datar
"pernah coba ganja?"  pancingku. Rasa penasaranku timbul untuk anak berusia belasan tahun ini
"aku pernah melihatnya. Mas Tarjo ada ?"  matanya mulai menatap tajam
"tergantung..."  jawabku seenaknya, duduk tanpa hiraukan.
diam dia tidak menjawab.
"gak mas, aku ini aja", sambil acungkan rokok yang baru dia beli
" aku baca ganja bisa merusak otak",  jawabnya sambil berlalu meninggalkan tokoku yang baru setengah terbuka. Sok tahu! Emang Rokok tidak merusak otak? batinku, sambil menatapnya pergi .
Aku kasihan sama Rio. Tetanggaku tadi.
Pak Husein tiap malam berdoa untuk kebaikannya, dan Rio, tiap pagi mencari rokoknya disini, berlanjut mencari dosanya seharian.
Tapi aku bangga padamu Rio, setidaknya kamu masih garing menyulut ganja.
Kamu berandalan yang bermartabat. Jika kelak kamu menjadi bajingan, paling tidak kamu tidak merampok kampungmu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun