Ratusan nama berlalu abadi
direnggut dan diambil pergi
segelintir nafsu yang menjadi.
Tak ada lagi, selain menyisa sedih.
Semua mengingat, sepanjang masa
di Kanjuruhan massa berdesak
pulang, tersengat asap menyiksa
dan tangisan yang terisak-isak.
Tidakkah lelah mencatat tragedi?
Yang menerus berulang terjadi.
Berhenti menjadi biang keladi!
Apalagi sampai tidak berbudi.
Baca juga: Dari Mata, Turun, dan Habis
Jika bukan kita,
Maka siapa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!