Oey Tamba Sia.
Satu nama, masa
Batavia, buat bergidik
Ibu para gadis.Â
Pagi-sore topi karpus sutra
lekat di kepala, diikuti
pakaian necis dan kaki tangan,
lengkapi kisah kasih sohornya.Â
Tak cukup satu, tak kurang waktu
menjelajah jalan-jalan sambil mata
awas menerawang kamar-kamar
pingit, gadis belia baik-baik.Â
Pernah sekali waktu terjadi seteru.
Oey bersiasat, memadu harta dan kuasa
serta tangan lain untuk mencapai maksud,
atau akrab kita sebut "cara halus".Â
Selayaknya rezeki dan jodoh, celaka datang
tanpa salah alamat. Oey Tamba Sia,
laki-laki yang gemar bermain wanita,
dihukum, mati atas sikap celamitannya.
Puisi Menarik Lainnya:Â Tak Ada Mudik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H